"Udahan, ah. Fatime, yuk," kata satunya dan menarik tangan temannya.
Tangan Suti mencengkeram Feri dengan erat. Feri menatapnya bingung. Sejak terakhir mereka bicara, Dia Suti tak pernah menyapanya sampai saat ini. Mungkin dia berpikir Suti sama seperti murid-murid lain, memperlakukannya seperti orang buangan.
"Bisakah kita bicara?" Suti bertanya.
Feri mengangguk. Suti menyeretnya ke teras di depan kelas. Dia mengambil selembar kertas di lantai dan membersihkan pasir di teras untuk mereka duduk.
Suti memperhatikan orang-orang terpaku menatap mereka dan terkadang menggelengkan kepala, beberapa menunjuk sementara yang lain melongo. Suti mengabaikan dan berbalik ke arah Feri. Wajah Feri tampak berseri-seri.
"Kenapa kamu tidak melawan?" Suti bertanya.
Feri mengedikkan bahunya dan terkekeh. Sepertinya dia ingin bicara tetapi kata-kata tersangkut di tenggorokannya. Setelah menelan ludah akhirnya dia berhasil juga menjawab pertanyaan Suti. "Ehm ... mereka menggangguku baik-baik saja. Tidak bisa melawan mereka," ucapnya sambil mengedikkan bahunya sekali lagi dan tersenyum. Jelas dia berharap membuat Suti terkesan dengan bahasa Indonesia lisannya. Wajahnya ceria dengan senyuman sementara Suti kebingungan mencoba mengartikan kalimat yang barusan didengarnya.
BERSAMBUNG