Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 12)

14 September 2022   13:17 Diperbarui: 14 September 2022   13:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Selama waktu istirahat, Suti bergabung dengan mereka seperti biasa dalam berbagai sinetron yang mereka tonton di taman bermain. Dia menganggapnya menarik.

Selama lebih dari beberapa minggu di sekolah, Suti telah menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya yang lebih ceria dan riuh daripada yang dulu mereka tinggali.

Mereka bahagia dengan caranya sendiri, pikir Suti. Tetapi hal-hal yang dia sesali adalah hal-hal yang kurang menyenangkan, misalnya yang bisa mereka makan di lingkungan baru.

Di tempat tinggal mereka yang lama, mereka selalu berada di dalam rumah kecuali ketika mama membawa mereka ke tempat-tempat rekreasi. Di bekas sekolahnya, waktu istirahat tetap berada di dalam gedung. Mereka tetap tinggal di kelas mereka meski waktunya istirahat, begitu perintah pengelola. Begitulah sekolah swasta termahal di pusat kota. Hanya sedikit ruang terbuka yang tersisa, dibangun dengan indah tapi tidak memberi ruang untuk kegiatan rekreasi.

Hanya Rano yang menikmati keuntungan memiliki ruang bermain yang luas ketika dia akhirnya pindah ke sekolah menengah. Sekolahnya merupakan sekolah swasta misionaris tetapi memiliki lahan yang luas yang dijadikan sasana bermain eruang terbuka. Dia bersenang-senang sampai papa mereka dilanda krisis keuangan dan mereka terpaksa pindah ke lingkungan baru ini.

Suti menatap murid-murid yang sedang bermain. Dia takjub melihat betapa bahagianya mereka. Topik obrolan dan energi yang terpancar membuatnya takjub. Bahkan mereka yang biasanya tenang di dalam kelas, akan bermain di jam istirahat menghabiskan energi yang dimiliki.

Dia melihat Feri di bawah pohon mangga sambil mencoret-coret tanah dengan jarinya. Dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang mengapitnya mengejeknya. Suti bisa menebak mereka merundungnya dari cara tangan mereka bergerak di udara dan dia sesekali mengangkat kepala menatap mereka. Kadang-kadang, salah satu dari tiga anak itu akan menepuk kepalanya dan berlari ke belakang sementara yang lain mengejeknya dengan kata-kata dan menggetarkan bibir dengan untuk menghasilkan suara yang lucu.

Suti melenggang ke tempat itu.

"Hai, Feri," katanya. Dia segera mengangkat kepalanya. Berdiri, dia membersihkan tangannya di celana pendeknya dan berlari ke arah Suti.

"Cieee .... lu kabur ke mane, Tong? Dasar cemen," kata si anak laki-laki sambil bersalto ke belakang mempertontonkan celana pendeknya yang robek di tengah, dan kemudian pergi berjalan pergi meninggalkan kedua gadis yang menatap Suti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun