"Kartika?" tanya Dr. Nasir.
"Ya. Aku kira itu nama orang."
"Cuma itu saja?"
"Rasanya cuma itu yang bisa kumengerti," jawabku. "Sisanya hanya omong kosong ngelantur. Bisa jadi dialek Spanyol, tentu saja."
"Baiklah, terima kasih, Pak Handaka," kata Dokter. "Saya sangat ingin mendengar dari Anda karena baik kapten kapal dan mualim terus bertanya kepada saya tentang Diego."
"Bagaimana kondisi anak buah kapal yang dirawat di rumah sakit?" tanya Kirana.
"Dua orang meninggal, seperti yang kamu tahu," kata Dokter. "Yang lain baik-baik saja. Kebanyakan dari mereka hanya menderita syok. Mualim dan beberapa lainnya sudah bisa keluar dari rumah sakit besok."
"Lalu apa yang terjadi pada mereka?" tanya Danar.
Dokter Nasir mengangkat bahu. "Saya rasa mereka akan dibawa ke Jakarta. Kami telah menghubungi Kedutaan Kuba dan mereka mengirim orang ke sini segera setelah cuaca memungkinkan. Mereka sudah berada di Cilegon. Anak buah kapal berisik seperti segerombolan orang kampung dan biasanya ribut antar mereka sendiri. Orang-orangnya cukup ramah, kalau sedang sendiri-sendiri."
Danar mengangguk setuju. "Menurut saya mereka pekerja keras dan sopan. Dan berani."