Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memelihara Naga

4 September 2022   14:14 Diperbarui: 4 September 2022   14:18 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apinya kecil dan di luar musim. Tiga dalam satu minggu memberi jeda kepada petugas pemadam kebakaran, membuat mereka berganti pakaian kanvas tebal dan menggaruk kepala. Tidak ada kilat menyambar, tidak ada anak-anak bermain petasan, dan tidak ada kerusakan kecuali pagar dan beberapa rumput lapangan yang hangus.

Dan sapi yang hilang.

Aku bisa melihat naga itu dari teras belakangku. Dia membungkuk di celah antara batu di bukit besar di belakang rumah kami. Para tetangga berpura-pura tidak bisa melihat asap, tetapi mereka semua mengunci pintu, membawa masuk anjing dan kucing, dan menutup tirai jendela untuk berlindung.

Seminggu kemudian dan kebakaran berhenti. Tidak ada yang bertanya tentang sapi, dan aku mulai bertanya-tanya apakah aku satu-satunya yang tahu dia ada di sana.

***

Aku menemukan apa yang dia inginkan secara tidak sengaja. Rabu sepulang kerja, aku mengayuh sepeda di pinggir jalan untuk tetap bugar. Biasanya aku menghindari bebatuan, tetapi rasa ingin tahu menguasaiku. Dan aku bersepeda melewatinya dengan rantai sepeda berderit.

Mungkin aku memutar badan untuk melihat bebatuan, atau mungkin ini hanya takdir, tapi rantai liontin emasku putus dan aku mendengar bunyi logam berdenting ke trotoar. Ayahku memberiku liontin itu sebagai hadiah kelulusan. Aku tidak akan meninggalkannya, bahkan dengan naga yang membara di sisi jalan.

Ketika berhenti mengayuh, aku bisa mendengar bunyi napasnya, embusan udara panas berbau daging sapi panggang. Aku tahu dia menginginkan liontin itu bahkan sebelum aku berbalik dan melihat lengannya yang bersisik meluncur keluar dari celah. Kulitnya berlapis-lapis logam yang berkilau bagai cermin, memantulkan bayangan rumah kami yang sempurna dan serasi di seratus sisi. Cakar hitam mencabut hartaku dari aspal, dan aku kembali ke sepedaku dan pulang dengan tangan kosong.

Aku menutup tirai selama beberapa hari. Tapi aku yakin naga itu tahu rumah tempat tinggalku.

Rumah yang lain milik keluarga dengan mainan anak-anak di halaman belakang, dan dia sudah mengendus aromaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun