Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menulis tentang Mantan

23 Agustus 2022   18:24 Diperbarui: 23 Agustus 2022   18:31 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terdorong untuk menulis tentang cowok-cowok yang pernah mengisi hidupku sebagai bagian dari proses kreatif, tetapi sekarang aku tak lagi butuh mereka. Aku mengirimkan esai tentang mantanku untuk membangun portofolio. Aku tidak meniatkannya untuk dijadikan sebuah buku, jadi tidak ada alasan mengapa aku tidak bisa menerbitkannya satu per satu secara daring.

Ketika esaiku diterbitkan dan aku membagikannya di media sosial, beberapa orang yang kukenal menjapri.

"Aku tidak percaya kamu cukup berani untuk melakukan itu!" seru seorang teman tentang bagian tertentu. "Bagaimana jika dia membacanya?"

Terus? pikirku. Sudah terjadi. Dan aku selalu melakukan yang terbaik untuk mengatakan yang sebenarnya.

Animasi Whatsapp yang paling sering kupakai adalah gambar Diane Keaton menangis di depan laptop. Aku mengirimkannya ke teman-teman sebagai balasan atas pertanyaan seperti, "Apa yang kamu lakukan?" atau "Apa rencanamu weekend nanti?" sebagai humor tentang mengasihani diri sendiri. Gambar berasal dari film klasik Something's Gotta Give, ketika tokoh protagonis wanita yang putus asa menulis drama hit setelah ditolak oleh kekasihnya (diperankan oleh Jack Nicholson).

Meskipun seharusnya romantis untuk menangis di depan laptop ketika merindukan kekasih yang hilang atau sembuh dari patah hati, aku tidak pernah menangis saat menulis tentang mantan.

Ketika kita berpikir tentang seorang gadis yang menulis tentang mantannya, sering diasumsikan bahwa niat penulis adalah balas dendam. Orang-orang tampaknya percaya bahwa tujuan menulis tentang pengalaman itu sama sekali adalah untuk menyalahkan pihak lain secara terang-terangan, mempublikasikan dosa-dosa mereka untuk dilihat dunia. Hal seperti ini muncul di banyak film dan komedi situasi. Namun, esai yang kutulis bukanlah tentang cowok, melainkan tentang bagaimana aku memahami diriku sendiri dalam konteks hubunganku dengan mereka. Di mana posisiku dalam perjalanan hidup yang gila ini ketika bertemu mereka?

Ketika aku menulis bagaimana hubungan itu berakhir, aku akhirnya dapat melihat tidak hanya perilaku yang tidak akan kutoleransi lagi dari orang lain, tetapi juga, yang paling penting, perilaku yang tidak akan aku toleransi lagi dari diriku sendiri.

Aku berharap menulis tentang mantan sama terapeutiknya dengan animasi bisu Diane Keaton menangis, tetapi, sayangnya, aku menulis esai, dan aku tidak mungkin membunuh mantan begitu saja seperti drama fiksi yang ditulis Diane Keaton dalam film tersebut.

Setiap percakapan, pertemuan, dan pesan merayu masuk ke halaman, aku melihat, lebih sering daripada tidak, bahwa aku yang salah.

Ketika aku menulis tentang cinta yang gagal, aku menulis tentang diriku di momen-momen paling putus asa, memalukan, dan rentan. Saat-saat dalam hidupku ini sering kali dipenuhi dengan kesedihan, keputusasaan, dan tenggelam karena seseorang yang tidak membalas perasaanku, atau pesanku. Tentu, aku sedikit membalas dendam dengan menulis secara terang-terangan, tetapi aku kurang tertarik pada bagaimana mantan ini menjadi kejam daripada mengapa aku ada di sana dan mengapa aku bertahan dengan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun