Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung Pagi

22 Agustus 2022   12:07 Diperbarui: 22 Agustus 2022   12:08 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Neneng melihat jam alarmnya. 03:15 dengan nomor hijau yang bersinar, hanya 15 menit sejak terakhir kali dia dengan cemas meliriknya.

"Aku harus tenang," katanya ke Wowoy. Kucing gendut itu hanya menatapnya sebentar sebelum melanjutkan ritual menjilatnya.

Dia kesal pada dirinya sendiri. Setahun sebelumnya dia tidak akan pernah segugup ini. Yah, stres di usia tiga puluh tahun karena jerawat lebih buruk daripada remaja belasan tahun.

Baru setelah Bu Barkah tua di tetangga sebelah dirampok, Neneng mulai sadar keadaan di luar rumahnya. Lembah Sunyi selalu merupakan kota kecil yang aman. Tidak lebih dari seekor ular belang sesekali masuk tanpa izin di sana. Tapi sembilan bulan yang lalu semua berubah ketika banyak peristiwa pembobolan dan kemalingan membuat penduduk kota kecil itu terguncang, cemas, dan sangat waspada.

Ronda lingkungan dengan cepat terbentuk, sebuah tindakan yang dimaksudkan untuk menenangkan ketakutan semua yang terlibat, meskipun pelakunya sudah ditangkap dan dimasukkan ke penjara.

Sebuah tamparan ke jidat saat Neneng mengingatnya. Bahwa hakim kota besar memiliki toleransi yang lebih besar terhadap kejahatan semacam itu daripada yang ada di kotanya yang sepi. Hanya sembilan bulan yang diterima pencuri itu setelah meneror Lembah Sunyi dan memukuli seorang wanita tua yang tak berdaya. Dan sebagai hasilnya, setiap kali dia mendengar suara, Neneng menyalakan semua lampu, menerangi rumahnya seperti landasan pesawat terbang, dan malam ini tidak berbeda.

Kucing itu melompat dari tempat tidur karena mendengar suara itu juga. Membawa emergency lamp yang diberikan ayahnya saat ulang tahunnya tahun lalu, Neneng secara menyeluruh memeriksa halaman depan, belakang, dan samping dari pintu dan jendela yang aman, mencatat bahwa lampu sorot luar tidak menyala.

Wowoy mengikutinya dari kamar ke kamar, berharap dapur adalah bagian dari misinya.

Setelah Neneng melihat tong sampah yang terbalik, dia yakin bahwa suara itu pasti tidak lebih dari kucing liar yang penasaran, jadi dia meninggalkan posnya. Tapi dia masih bingung, terutama setelah mendengar berita lokal malam ini. Menurut penyiar yang tampak muram berambut cokelat dan bermata burung hantu mengantuk, sejak kemarin, Perampok Lembah Sunyi kini "bebas seperti burung".

Neneng mencoba menghapus pikiran-pikiran ini dari benaknya saat dia mencoba untuk kembali ke tempat tidur berjuang untuk melupakan suara-suara yang dia dengar beberapa menit sebelumnya ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun