Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 53: Kembali ke Alam

7 Agustus 2022   11:58 Diperbarui: 7 Agustus 2022   18:06 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Singkarak (advontura.com)

Hanya orang gila yang mau tinggal di lokasi dengan panorama yang membosankan, meskipun itu bukan hal yang tidak biasa. Pulogadung terlalu jauh baginya untuk berburu apartemen di akhir pekan. Tapi juga mungkin hanya orang gila yang menyewa satu studio yang tidak mampu dia bayar dengan gajinya. Lebih dari sarapan bubur ayam seumur hidup. Biaya sewanya akan membuatnya harus mencari penghasilan tambahan.

Pemandangan danau air tawar di jantung kota.

"Tapi itu sepadan," bisiknya saat dia menjejalkan tubuhnya ke dalam kereta, ganti jalur di stasiun transit, dan berganti lagi.

Dan nama. Nama itulah yang membuatnya jatuh cinta. Danau Singkarak.

Musim liburan ketika dia berusia sepuluh tahun, orang tuanya akan bercerai.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan dengannya sehingga mengirimnya ke kampung inyiaknya di saat libur kenaikan kelas di antah berantah, Sumatera Barat. Dia ingin marah, tapi hanya butuh waktu kurang dari dua belas jam untuk jatuh cinta. Naik sampan, berkano, berseluncur. Makanan yang dimasak dengan kayu bakar dimakan di halaman luar rumah gadang. Kuau raja, siamang, kancil, rusa, dan sekali, seekor macan kumbang. Tapi yang paling disukainya adalah berenang. Air di kulitnya, hangat dan lembut, sama sekali tidak seperti di Ancol.

Pemandangan danau air tawar.

Dia sudah mencium harum cemara biru, merasakan matahari di pundaknya, mendengar suara tupai yang berceloteh. Dia sudah membeli baju renang baru untuk hari itu, berencana untuk berenang di malam hari, menyelinap ke danau dengan menyamarkan nyanyian hewan malam yang birahi kawin.

Dan di sinilah dia, menarik napas dalam-dalam dan mengambil tasnya, berjalan melalui pintu keluar stasiun yang dipenuhi cahaya menuju rumah barunya.

Seandainya dia menyadari bahwa itu akan menjadi momen harapan terakhirnya, kegembiraan sejati, selama berbulan-bulan, dia akan berjalan lebih lambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun