Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 6)

2 Agustus 2022   18:40 Diperbarui: 2 Agustus 2022   18:44 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Suti menundukkan mukanya saat duduk di trotoar menunggu Rano. Murid-murid dari sekolah dasar mondar-mandir di sekitar halaman sekolah menengah. Mereka berlarian dengan ramainya.

Seorang guru wanita berkacamata dengan penggaris di tangan mengintip ke luar jendela dan memperingatkan mereka untuk merendahkan suara. Suti mengangkat kepalanya perlahan dan menarik tas sekolah yang hampir jatuh dari pangkuannya.

Dia mengernyitkan hidung dan mengangkat tangan untuk menggosok matanya yang mengantuk. Menoleh ke sisi lain, dia melihat Feri menatapnya terpaku.

Mereka saling berpandangan sebelum Feri memalingkan wajahnya. Suti menghela nafas dan ikut memalingkan wajahnya juga. Dia membuka ritsleting tasnya, melihat sepintas isinya lalu mengayunkannya ke punggung.

Matanya kembali beralih ke Feri, tapi bocah lelaki itu masih menunduk, menatap ke bawah. Ujung jarinya menggores pasir di tanah. Suti segera berdiri dan berjalan ke arahnya. Tangannya menepuk punggungnya sehingga Feri mengangkat kepalanya. Matanya tampak sembap. "Apakah kamu menangis?" Suti bertanya. 

"Mmm ...." gumam Feri.

Wajah Suti tersenyum berseri-seri. Dia membungkuk perlahan, membersihkan pasir di trotoar dengan tangannya, lalu menggunakan mulutnya untuk meniup sisa butir pasir. Memindahkan posisi tasnya ke sisi, dia bergeser lebih dekat ke Feri. Terdengar gumaman yang membuat keduanya mendongak. Dua gadis kecil yang pasti lebih muda dari mereka. Suti menduga mereka di kelas empat, atau tiga. 

"Ada apa?" tanyanya.

Dia merasa tidak nyaman karena mereka menatap tanpa berkedip. Salah satu berdiri berdiri sambil berkacak pinggang, sementara satunya lagi memalingkan wajahnya dengan jijik.

"Kamu anak baru di sekolah ini," sembur yang terakhir dengan wajah kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun