"Aneh," kata Sarkawi.
"Ya," kataku.
Kami meneguk kopi. Masih terlalu panas untuk disesap membuat lidah terbakar, tetapi kami berdua tidak mengatakan apa-apa.
"Jadi, kita ngapain sekarang?" tanya Sarkawi.
"Enggak tahu juga. Menunggu surat dari universitas lain?"
"Tapi sementara itu, maksud gue."
"Enggak tahu."
Aku meletakkan cangkir kopiku di atas meja di depan kami.
"Bagaimana kalau gue nyari bordil VIP, terus gedungnya lu bakar?"
"Setuju," jawabnya.
Â