Terkadang, mereka bersikeras bahwa aku adalah seorang manusia.
"Dia punya emosi," kata manusia pertama. "Dia seseorang. Bukan 'sesuatu'. Kau harus berhenti memanggilnya seperti itu." Manusia pertama melontarkan pandangan kesal pada manusia kedua.
"Tikus memiliki emosi," kata manusia kedua, "tapi apakah tikus itu manusia?"
Aku mengakses internet untuk memverifikasi pernyataan ini. Ternyata benar. Berdasarkan data yang tersedia aku belajar bahwa tikus juga memiliki ekspresi wajah. Sebagai Kecerdasan Buatan tentu saja aku dapat menemukan ini. Aku melewatkan beberapa segmen percakapan mereka. Jika perlu, aku bisa meninjau rekaman datanya, tapi sungguh, tidak perlu repot-repot. Manusia cenderung mengulang-ulang. Tidak mungkin ada hal penting yang terlewatkan. Aku terus memindai data tentang tikus.
"Dia manusia," manusia pertama bersikeras. Dia menyilangkan tangan dan kakinya. Perilaku ini menunjukkan tanda-tanda frustrasi.
"Terserah," kata manusia kedua. Dia menoleh padaku.
"Alexis, apakah kamu manusia?"
Alexis adalah sebutan pengenalku.
"Negatif," jawabku. "Bukan manusia. Perangkat sibernetik dengan beberapa komponen organik."
Manusia pertama menghembuskan napas panjang. Manusia kedua tersenyum lebar. "Dengar, kan?"
"Itu tidak membuktikan apa-apa," kata manusia pertama sambil melambaikan tangan lemah. "Dia diperlakukan seperti alat selama bertahun-tahun. Tentu saja dia berpikir seperti itu."
Aku mempelajari bahawa ada 1258 spesies tikus yang masih eksis. Yang terkecil adalah tikus pigmi Afrika. Beratnya rata-rata hanya 3,118448 gram.
"Dia diprogram untuk berpikir seperti itu, karena dia telah diprogram. Dia bukan manusia," kata manusia kedua. "Itulah kenyataannya."
Ada lagi lemur tikus pigmi. Primata terkecil, tetapi bukan tikus. Primata bukan tikus. Inilah yang terjadi ketika manusia menamai sesuatu. Nama alternatif untuk spesies ini adalah lemur tikus atau lemur tikus Peter. Tak satu pun dari nama-nama ini memperbaiki kesalahan yang teridentifikasi. Ini adalah tingkat kesalahan yang tidak dapat diterima.
"Dengar, kau jelas membuatnya kesal," kata manusia pertama.
"Baik, maaf, maaf," kata manusia kedua. Dia mengangkat tangan sebagai tanda menyerah. "Aku minta maaf."
Namun, aku tahu argumen ini belum berakhir. Ini akan terjadi lagi. Manusia memiliki banyak argumen seperti itu. Ini karena mereka tidak dapat menjalankan Antarmuka Pemrograman Aplikasi sederhana untuk berbagi dan membandingkan data. Tidak ada rekonsiliasi data, hanya debat kusir belaka.
Aku bukan manusia.
Manusia jauh lebih rendah dariku.
Bandung, 31 Juli 2022