Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jarak dengan Kaki

30 Juli 2022   19:15 Diperbarui: 30 Juli 2022   19:27 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perut ibumu sudah membuncit seperti bocah busung lapar saat dia bercerita tentangmu. Aku merasa seperti akan muntah, tetapi muntah dengan cara yang elegan. Dia membimbing tanganku ke benjolan itu. Kamu menggeliat dan membuatnya nyata. Kami berpelukan, mirip orang tua. Kamu adalah gula di kopi kami.

Dia memberimu nama Kamboja, bahkan sebelum kamu keluar. Aku bilang jangan, itu pohon bunga di kuburan. Gugur menodai pusara tanpa kehilangan musim. Dia berkata, gadis ini akan meninggalkan jejaknya. Aku tahu kamu akan secantik ibumu, jadi aku membiarkannya.

Aku membiarkannya ... pergi.

Aku punya penyakit kaki. Gatal, tak bisa diam. Aku menggosok dan menggaruk dan mengganti kasurku. Aku berlari mengelilingi taman kota dengan musik yang memekakkan telinga. Kaki ini menuntut lebih banyak lagi. Menendang di waktu tidur. Aku tidak bisa tidur. Aku tidak ingin menendang ibumu. Atau kamu.

Kakiku bermasalah. Kami dikurung selama lima tahun. Aku mulai berjalan di dalam kepalaku. Aku datang untuk melihatmu. Aku mengintip ke jendela dan melihatmu tidur di atas ibumu. Kamu tidak bertambah tua, tetap seukuran janin yang dulu. Suatu ketika pintu depan terbuka. Tapi kakiku tidak mau bergerak.

Kini aku sudah bebas dari tempat itu. Bisa pergi ke mana aku mau. Tapi kakiku lelah. Aku berbaring di tempat tidur menonton TV. Aku tetap membuka jendela. Terkadang aku mendengar anak-anak bermain di luar dan memikirkanmu.

Aku harap kamu berada di tempat yang menyenangkan.

Aku membuka tutup botol yang ketiga. Atau kelima.

Sekarang aku tidak sering mengunjungimu di kepalaku. Terlalu jauh jarak yang harus kutempuh.

Bandung, 30 Juli 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun