Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 2)

3 April 2022   21:00 Diperbarui: 3 April 2022   21:01 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Tesso Nilo. Tidak ada yang tahu dari mana hutan hujan itu mendapatkan asal namanya.  Berbeda dengan kawasan Kerinci yang menjadi konflik perebutan wilayah antara Persemakmuran Sriwijaya dan Republik Minangkabau, berasal dari bahasa Tamil, bunga empat kuntum Kurinji yang hanya tumbuh di gunung.

Merupakan salah satu hutan Lindung di Kesultanan Melayu Raya, deretan rimba di Bukit Barisan yang membentang di sepanjang pulau Sumatera, Tesso Nilo memiliki banyak formasi batuan yang kaya, flora dan fauna yang beraneka ragam, panorama yang indah dapat dilihat jauh ke segala arah. 

Setelah menjelajah bagian lereng sejauh yang bisa mereka daki, Awang dan istrinya mulai mendaki dari kaki bukit, sementara Awang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Berjuang melewati semak belukar tinggi di lereng bukit, nalurinya mengatakan bahwa sesorang atau sesuatu sedang mengintainya dari belakang. Dia telah mendaki hampir seratus meter, tetapi perasaan itu tidak berkurang sejak pertama kali menyusuri jalan setapak yang ditumbuhi semak belukar. 

Perasaan itu menjadi tak tertahankan, tetapi dia tetap mendaki ke puncak seperti seorang pendaki. Kuntum tidak akan mengerti jika dia tiba-tiba menyerah di tengah jalan, dan dia tak mungkin menyalahkannya. 

Paranoia ini telah menjadi bagian dalam hidupnya sejak kecelakaan itu, dan merasakan bahaya mengintai dari belakang saat ini hanya akan membuat istrinya kesal, atau lebih dari itu.

Di belakangnya, terdengar gemerisik kecil yang mengalihkan perhatiannya. Jantungnya tiba-tiba melonjak dipacu semburan adrenalin yang mendadak. Ketakutan dan kecemasannya akan terlihat jelas oleh Kuntum jika istrinya tidak terlalu sibuk mengatasi tingginya ilalang dan semak belukar di lereng bukit sialan itu. 

Dentuman di dadanya semakin membuatnya panik. Napasnya tersengal-sengal dan punggungnya terasa nyeri.

"Sayang! Bagaimana kalau kita rehat sejenak?" Dia berseru dengan putus asa. Tapi Kuntum terus merangkak lebih jauh naik ke atas, menghilang di balik batu besar seolah-olah menghindar dari pertanyaannya. 

Dia pasti mendengarnya, pikirnya. Istrinya hanya berjarak beberapa meter darinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun