Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Paling Berbahaya

3 April 2022   15:00 Diperbarui: 3 April 2022   15:03 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah manusia paling berbahaya di dunia, dan orang-orang bodoh di sekitarku ini bahkan tidak mengetahuinya. Mereka membiarkan aku berjalan di trotoar melalui tengah-tengah mereka bahkan tanpa petunjuk sedikit pun tentang seberapa besar bahaya yang mereka hadapi.

Faktanya, mungkin ketidaktahuan mereka yang membuat mereka semua tetap hidup. Mereka sangat bodoh, sangat tidak sadar, sehingga tidak akan ada kepuasan sama sekali buatku untuk memusnahkan mereka sebanyak yang aku bisa. Itu akan seperti meremas serangga. Berantakan, tanpa ada rasa pencapaian.

Mereka membuatku jijik, sebenarnya, dengan setengah senyum mereka yang hambar, mementingkan diri sendiri.

Mereka berpikir bahwa hidup mereka sempurna, bahwa mereka aman di alam semesta kecil mereka yang dibuat-buat, tetapi aku tahu secara berbeda.

Aku bisa menghancurkannya dengan menjentikkan jariku, ya, bahkan dengan kedipan mata. Beberapa dari mereka memandangku saat mereka lewat, dan mereka bahkan mungkin melakukan kontak mata untuk sesaat, kemudian mereka membuang muka dengan cepat dan bergegas berlalu.

Mereka adalah orang-orang yang menangkap secercah kekuatanku, dan itu mungkin membuat mereka sedikit limbung, atau gagap saat bicara di ponsel mereka.

Mereka menggigil dan gemetar ketakutan yang tak terduga melintasi kesadaran mereka. Mereka bahkan mungkin melirik dari balik bahu mereka, merasakan sesuatu yang menakutkan di belakang mereka, tetapi aku telah menghilang di antara kerumunan.

Teroris di seluruh dunia berharap mereka sama berbahayanya denganku. Bahkan, seluruh pemimpin negara despotik berusaha menjadi sama berbahayanya denganku. Namun aku tetap sendirian. Tidak akan ada pembagian kekuasaan semacam ini.

Keberbahayaan ini butuh penyaluran, tapi aku tidak berani melepaskan kendali bahkan sekecil apa pun. Keberbahayaan ini ingin memakanku, memaksaku melakukan perintahnya, tapi aku cukup kuat untuk melawan.

Oke, mungkin aku memainkannya sedikit, membiarkannya mengalir ke tanganku untuk membuat tinjuku terkepal, atau ke kakiku untuk mempercepat langkah. Tapi aku selalu bisa mengendalikannya, mengaturnya sesuai mauku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun