Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 51: Bibir Semanis Kata-Kata

3 April 2022   06:00 Diperbarui: 3 April 2022   08:20 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk memberitahu Him bahwa dia tergagap. Padahal banyak yang ingin dia katakan padanya. Seperti bagaimana selama tiga bulan terakhir dalam hidupnya adalah yang terbaik. Betapa dia menantikan saat berbalas pesan. Bagaimana dia senang menatap foto-fotonya yang indah dan bagaimana kesuksesannya membuatnya ikut bahagia.

Untuk pertama kalinya. karena dia, dia sekarang percaya pada nasib dan dan semuanya dimulai dengan like Instagram yang tidak disengaja.

Tapi dia tidak mengirimi Him pesan apa pun. Sebaliknya, dia mondar-mandir di kamar mandi. Sesekali dia berhenti dan menatap bayangannya di cermin, seperti orang asing yang menghakiminya. Dia menarik napas dalam-dalam dan melatih kalimatnya.

"Hai," dia menelan ludah, "Aku... aku... aku..Ge..ge..gem.. Gemma!"

Dia memukul cermin pada satu ketika karena frustrasi. Tangannya berdarah, tapi itu tak ada artinya dibandingkan kecemasan yang dia rasakan.

Dia belum pernah memberi tahu Him. Dia telah jatuh cinta padanya dan dia akan membiarkannya jatuh cinta pada seorang wanita yang dia anggap punya banyak hal untuk dikatakan.

Sialnya. dia setuju ketika Him mengajaknya bertemu di kafe. Tidak mungkin menunda hal yang tak mungkin dihindari.

Tangannya yang diperban masih berdenyut saat melihat Him. Dia tampak lebih ganteng daripada foto-fotonya. Jantungnya berdetak kencang.

"Hai, aku... aku... aku..Ge..ge..gem.. Gemma!"katanya saat Him berada di depannya. Pipinya merah merona karena malu.

"Aku tahu." kata Him sambil tersenyum. Senyum yang membuatnya jatuh cinta. Bukan senyum karena kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun