Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Hijau dan Impian Morbid (2 Puisi)

1 April 2022   11:11 Diperbarui: 1 April 2022   12:46 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelaki Hijau

Hijau elektrik berubah menjadi hitam pekat, kehilangan yang begitu parah dan tidak akan pernah kembali. Musik melankolis berkabut merobek tengkorak, tetapi menyelamatkanku dari hari-hari tergelap.

Seorang jenius, begitu blak-blakan dan misterius, setiap baris membelai jiwaku yang menyedihkan merindu.

Raksasa syair gunung berapi abadi dan dengan cepat mencekik pembuluh darahku. Kata-katanya memenuhi jiwa berlama-lama di tenggorokanku yang kering.

Lubang hitam hampa dibiarkan, sementara duka yang mengerikan ini tidak pernah berakhir. Kesengsaraan tak terhingga saat jam berdetak perlahan sejak tujuh tahun telah berlalu.

Malam tak datang, hanya memberikan musim kegelapan. Seperti tumpukan kayu yang tenggelam, mantra hijau telah dilontarkan.

Bandung, 1 April 2022

***

Impian Morbid

Teror dan perbudakan berselimut lumpur putih yang berkerak. Manekin berjajar menunggu siksaan berakhir. Ikatan putih tebal saat monster pergi.

Menghindar ke kanan penglihatan tepi tak bisa menangkap bayangan bermain. Tapi sayang, dia kembali berjongkok terikat dari dada hingga lutut. Menarik tuas berkarat dengan dahinya di kereta pompa kereta api yang ditinggalkan membuat kita mengharapkan kebebasan.

Dia menghilang ke dalam cahaya bulan, lori yang dipoles menyusuri rel gelap dengan lengkingan yang tak ada habisnya. Hanya kita tidak tahu bentuknya melengkung sehingga kembali dan pelengkap kami dibebaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun