Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pintu di Bukit

28 Januari 2022   09:17 Diperbarui: 28 Januari 2022   09:21 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menemukan pintu itu secara tidak sengaja.

Suatu sore, aku menjelajah perbukitan dan ngarai di selatan kota, bermain-main seperti yang sering kulakukan ketika punya waktu luang. Aku berada di daerah yang belum pernah kukunjungi sebelumnya, yang sebenarnya aneh karena aku telah menjelajah wilayah itu selama bertahun-tahun.

Aku menemukan serangkaian jurang yang meliuk-liuk di antara aliran lahar purba tumpukan besar batu pasir, tepinya tumpul oleh paparan berabad-abad. Aku melewati sebuah tikungan dan itu dia, sebuah pintu sempit yang memotong tepat ke lereng bukit, menuju ke ruang gelap di bawah tanah.

Sisi-sisi pintu berhadapan dengan batu-batu yang dipotong, membentuk semacam bingkai, dan sedikit miring. Ada jalan kerikil usang menuju ke sana.

Aku berjalan ke pintu dan mencoba melihat ke dalam, tetapi kegelapan di dalamnya benar-benar kelam. Mungkin karena di luar sangat terang.

Aku hanya bisa melihat beberapa meter ke dalam yang berupa jalan kerikil di dalam pintu masuk, di luar hanya semak belukar yang tebal. Gelap.

Ketika aku mencoba mengintip ke dalam, mencoba menyesuaikan mata dengan kegelapan, terdengar suara langkah kaki di belakangku dan berbalik untuk melihat seorang pria berjalan ke jurang ke arahku. Penampilannya biasa, mengenakan jins dan T-shirt, sepasang sepatu hiking seperti milikku.

Dia membawa botol air tetapi tidak membawa ransel atau apa pun, melangkah penuh percaya diri ke arahku. Ketika mendekat, dia mendongak dan melihatku berdiri di depan pintu. Dia tersenyum dan mengangguk padaku. "Halo!" katanya, tidak menghentikan langkahnya.

"Ehm ... halo," jawabku, bertanya-tanya apakah pintu ini miliknya. Dia berhenti, lalu menatapku dan mengangkat alisnya. "Permisi, saya mau lewat." dia berkata.

"Oh! Tentu saja!" kataku, dan minggir ke samping.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun