Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gagal

27 Januari 2022   09:00 Diperbarui: 27 Januari 2022   09:01 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mengapa Tuhan membuatnya?" Junaid melanjutkan.

Malaikat memberi tahu Junaid bahwa sebenarnya yang bertanggung jawab atas pemanasan global adalah lubang di ozon. "Dan kamu tahu, asap dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak dan gas bumi serta batubara yang menyebabkannya ketika salah satu nabi utusan Tuhan menemukan kegunaan api," kata Malaikat, "dan Tuhan membiarkannya untuk memberi kesempatan kepada mereka yang merusak untuk memperbaikinya."

Junaid membayangkan para konglomerat dan pensiunan jenderal serakah selama berhari-hari tak bisa tidur memikirkan ide yang cukup baik untuk memperbaiki atmosfer bumi yang bolong-bolong.

"Dari atas sini, lubang ozon yang bagus mengeluarkan suara yang terus-menerus dan itu sangat bagus," lanjut Malaikat sambil tersenyum.

Junaid menghargai kejujuran yang ditunjukkan Malaikat. Junaid hanya berharap ayahnya sendiri, mungkin setelah pemakaman, akan menonton video Junaid melontarkan dirinya sendiri dengan ketapel raksasa bikinannya sendiri, mengabaikan kematian yang diakibatkannya, tersenyum pada keberanian putra satu-satunya.

Mimpi konyol yang dieksekusi dengan buruk, tetapi disukai internet.

"Baiklah," kata Malaikat, "Tuhan menyuruhmu kembali."

Dan Junaid mendapati dirinya merasakan sakit yang luar biasa, memandangi tungkainya dan bertanya-tanya apakah bagian itu masih menempel di tubuhnya. Dia memikirkan apa yang akan dia katakan kepada ayahnya, bagaimana dia akan menjelaskan kepada dirinya sendiri.

Mungkin dia akan memberitahu ayahnya bahwa dia telah melemparkan dirinya ke angkasa dengan ketapel raksasa, karena dia ingin bebas dari hidupnya sendiri dan untuk sesaat dia merasa seperti dirinya yang sebenarnya.

Dan mungkin ayahnya, yang sangat lega karena putranya tidak jadi mati, akan memegang tangannya dan mengangguk, meskipun dia tidak benar-benar mengerti, bahkan jika dia tidak akan pernah mengerti Junaid.

Dan Tuhan akan melihat ini dan dia akan mengangguk, karena Dia telah membuat sesuatu yang baik dan benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun