Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gagal

27 Januari 2022   09:00 Diperbarui: 27 Januari 2022   09:01 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat setelah dia meninggal tetapi sebelum dikirim kembali ke tubuhnya yang membutuhkan perawatan medis besar-besaran, Junaid diizinkan untuk mengajukan pertanyaan kepada Malaikat yang menjemputnya.

Dia tidak siap. Dia terus melihat ke bawah ke tubuhnya dan berpikir, Aku mati dengan cara yang buruk, dan berharap dia tidak begitu menginginkan ketenaran lewat video viral. 

Malaikat berkali-kali menyuruhnya untuk tidak melihat tubuhnya.

"Mintalah sesuatu," kata Malaikat. "Semoga Tuhan mengabulkan."

Junaid tidak bisa memikirkan apa pun. 

"Mungkin kamu ingin tahu siapa yang sebenarnya yang akan jadi presiden pilpres berikutnya?" Malaikat menawarkan, mencoba yang terbaik untuk bersabar.

"Apa?" tanya Junaid.

"Kamu tidak punya banyak waktu," kata Malaikat, memeriksa tabletnya. Dia pasti punya acara lain di suatu tempat.

"Oke, apa masalahnya dengan pemanasan global?" tanya Junaid.

"Apa?" tanya Malaikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun