Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 1)

26 Januari 2022   21:00 Diperbarui: 26 Januari 2022   21:01 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kali mereka mendengar tentang rombongan pedagang atau bangsawan kaya yang menempuh rute tertentu, mereka akan memasang jebakan dengan menggunakan dia sebagai umpan.

Keti berbaring tak berdaya di jalanan dengan pakaian compang-camping seakan membutuhkan bantuan, sementara yang lain bersembunyi. Saat pengendara kuda berhenti, yang lain akan menyergap si pengelana, melarikan diri dengan semua barang dan kekayaan yang bisa mereka bawa. Gerombolan mereka menggunakan hasil rampokan secukupnya sekadar untuk bertahan, lebih sering berbagi rampasan mereka dengan pengemis dan rakyat miskin.

Selama bergabung dengan gerombolan begal, selain belajar dari alam, Keti juga mengasah keterampilannya dalam ilmu bela diri, pedang dan memanah melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dalam pertempuran melawan gerombolan pesaing dan pengawal bayaran yang mengawal pelancong kaya untuk perlindungan.

Namanya menjadi topik pembicaraan semua orang. Mereka menjulukinya Rubah Betina karena tubuhnya yang kecil dan mematikan seperti hewan itu sendiri. Sepak terjangnya diceritakan di alun-alun desa kepada anak-anak yang berkumpul untuk mendengarkan. Kisah seorang gadis mungil berpakaian seperti laki-laki yang pedangnya menyambar secepat ular dan anak panahnya tidak pernah meleset dari sasaran.

Desas-desus tentang Keti menyebar seperti api membakar semak belukar di msim kemarau, sebagian orang percaya bahwa dia adalah jelmaan siluman, beberapa mengatakan dia adalah seorang lelaki yang punya kesaktian tinggi, sementara yang lain bersikeras bahwa dia hanyalah mitos yang dibesar-besarkan.

Dua tahun silam, Keti mengetahui bahwa kerajaan mengetahui pembantaian yang terjadi di desanya dan memutuskan untuk menutup mata. Bahkan Raja, yang sangat dipercayai ibunya, sama sekali tidak mencoba untuk mengatasi masalah ini. Bagi mereka yang berada di istana pusat kerajaan Sriwijaya, kejadian itu hanya masalah kecil yang harus ditinggalkan di masa lalu. Yang penting adalah masa kini dan masa depan.

Dirasuki kemarahan dan dendam, Keti memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri dan meninggalkan gerombolannya untuk berburu orang-orang yang menjarah rumah masa kecilnya. Apa yang selalu terbayang di benaknya hanyalah ekspresi wajah para pembunuh saat dia merobek isi perut mereka.

Keti sempat kecewa begitu mengetahui bahwa pasukan penyerbu bayaran itu berkurang selama bertahun-tahun. Sebagian terbunuh dalam pertempuran dan yang lainnya menjadi korban wabah penyakit. Namun demikian, dia tetap memburu orang-orang yang tersisa, terutama orang-orang yang telah merudapaksa ibu dan kakaknya.

Dia menemukan orang pertama di sebuah komplek pelacuran di luar Pagardewa, sedang mencari pelacur muda untuk melampiaskan kelelakiannya. Keti yang menyamar sebagai pelacur, merayu dan membawanya ke tempat terpencil, dan mengakhiri petualangan si durjana dengan belati menembus tenggorokan hingga belakang leher setelah Keti mengingatkannya akan peristiwa sepuluh tahun silam.

Yang kedua tewas mengenaskan dengan panah menembus tengkoraknya. Pria itu sedang berdiri hendak memeluk anaknya yang lucu, yang menyambut kedatangan ayahnya setelah seharian bekerja keras.

Yang ketiga dan orang terakhir dari pemerkosa ibu dan kakanya, mendapatkan pembalasan yang jauh lebih mengerikan. Keti menyayat-nyayat dan mengulitinya hidup-hidup sambil menceritakan kisah perjalanan hidupnya sejak serangan ke desanya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun