Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 1)

26 Januari 2022   21:00 Diperbarui: 26 Januari 2022   21:01 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

( Sebelumnya....)

Sepuluh tahun kemudian, dan Keti masih saja mendapatkan mimpi buruk dari peristiwa itu.

Setiap kali dia memejamkan mata, dia mendengar jeritan orang-orang desanya saat mereka dibantai, ratapan anak-anak yatim piatu yang menangisi orang tua mereka, dan tawa para penyerbu saat mereka menjarah dan membakar rumah-rumah. Hidungnya masih membaui bau daging yang dibakar. Kenangan pemerkosaan dan pembantaian keluarganya terpatri dalam ingatannya.

Seiring bertambahnya usia, dia akhirnya memahami kenyataan dari apa yang telah dilakukan pada ibu dan kakaknya, dan itu hanya memicu rasa jijik dan amarah. Nafsunya untuk membalas dendam semakin membara. Hasratnya hanya satu, untuk manatap wajah para pememekosa itu ketika dia menusukkan pedangnya ke tenggorokan mereka.

Sebulan setelah peristiwa pemabantai orang-orang desanya itu, Keti mengembara tanpa tujuan dan tanpa arah. Dia memakan kadal, tikus atau trenggiling hingga akhirnya makanannya habis.

Dia hampir mati kedinginan dan kelaparan jika saja tidak diselamatkan oleh sekelompok begal yang kebetulan bertemu dengannya saat dia terkapar sekarat di pinggir jalan.

Sampai sekarang dia tidak tahu mengapa mereka menyelamatkannya. Tetapi seiring berjalannya waktu, mereka memberinya makan dan merawatnya tanpa bertanya siapa dia atau bagaimana dia bisa tergeletak dalam keadaan hampir mati.

Setelah pulih dari sakit, dia menemukan bahwa mereka semua tersesat, sama seperti dirinya. Beberapa dari mereka kehilangan rumah dan keluarga mereka karena penyerbu, dan yang lainnya dijual oleh keluarga mereka demi uang. Itulah sebabnya mereka mengasihaninya dan membawa dia ke dalam kelompok mereka.

Karena telah tumbuh rasa saling memiliki, dia berbagi kisahnya dengan mereka dan mereka menawarinya tempat di dalam gerombolan mereka. Dia mengambil bagian dalam pengintaian dan perampokan mereka, menggunakan ukuran tubuhnya yang kecil sebagai kelebihannya.

Selama di hutan, Keti mengamati gerak-gerik hewan dalam berburu atau menghindar dari pemburu. Dia menyerap semuanya dan menjadikannya sebagai jurus-jurus bela diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun