Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kidung Api Revolusi

25 Januari 2022   21:26 Diperbarui: 25 Januari 2022   21:30 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suatu malam kita akan duduk di lincak
tanpa cahaya saling memandang
senandung revolusi lagu yang lapar, bung
jangan bernyanyi kidung
lantunkan nyala api ratapi hujan es

Mungkin kau merasa bahagia
legiun merpati terbang dari dada
menuju tanah yang lebih hijau
berkembang biak bunga lada

Jiwa kita api yang terlupakan
bagaimana membakar
dan di mana pun hatiku merasuk
akalku habis teriakkan logika busuk

sungut tak sabar membagi berita
kepada putra putri kita
hidup adalah derita indah
dan mereka haram menangis
saat bulan memudar kelabu

wanita yang menumbuk lesung di wajahnya
dengan pinggang yang lelah

Suatu hari, ku akan memberi tahu putri
bahwa cinta adalah siung bawang
memberi rasa
ketika diiris mengundang menangis.

apakah itu
pataka robek bercampur dengan udara
tersumbat hidung, liur meleleh

ledakan berputar-putar di pikiranku
diam-diam kutahu,
tidak ada yang peduli.

tuak enak di cuaca dingin beku
bersebadan mempelajari pola
tubuh pecah menjadi

mungkin kubakar diri sendiri 'tuk menemukanmu
mungkin kubantu kau temukan rumah di dalam diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun