Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Ada Tempat Seindah Rumah

24 Januari 2022   09:55 Diperbarui: 24 Januari 2022   09:57 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berdiri di ruang tamu, melihat ke luar melalui jendela depan, berharap hujan akan berhenti.

Hari semakin larut dan aku benar-benar ingin berjalan-jalan. Sayangnya, pemandangan melalui jendela mengkonfirmasi apa yang telah diberitahukan oleh ramalan cuaca TV dan situs BMKG di internet dan bahkan penyiar radio lokal bahwa saat ini sedang hujan.

Dan bukan hanya sekadar cipratan gerimis ringan. Hujan benar-benar turun, atau lebih tepatnya ditumpahkan dari langit. Dan angin yang bertiup membuat hujan turun hampir horizontal.

Cuaca yang tidak bagus untuk jalan-jalan, pikirku.

Di belakang, aku bisa mendengar suara ribut-ribut. Istriku memilih hari ini untuk membersihkan lemari di dapur, di hari Sabtu yang hujan sepanjang hari, ketika aku bahkan tidak bisa pergi ke halaman belakang untuk menjauh dari keributan yang dibuatnya saat dia menggedor panci dan wajan dan pintu lemari di sekitarnya.

Aku juga bisa mendengar suara kaki anak-anak saat mereka berlarian di lantai atas, berteriak dan meneriaki satu sama lain, bau asam keringat karena terkurung di rumah sepanjang hari.

Dan yang terpenting, ibu mertuaku telah menyita ruang keluarga, menonton sinetron kejar tayang dengan volume suara penuh karena telinganya setengah tuli dan menolak untuk memakai alat bantu dengar.

Namun, bahkan melalui semua hiruk-pikuk, aku masih menangkap suara merengek di kakiku dan melihat ke bawah untuk melihat labrador tuaku, Neo, duduk di bawah jendela teras. Matanya menatapku dengan penuh harap.

Ini adalah waktu kami berjalan-jalan dan Neo jelas tidak mendengar laporan cuaca.

Aku menatap mata sahabatku yang sayu dan mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun