Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Terakhir

23 Januari 2022   14:31 Diperbarui: 23 Januari 2022   14:36 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Hari Terakhir, kamu tidak perlu ke sekolah lagi. Tak perlu ada duduk di kelas lima di depan Bu Yeni, menahan napas setiap kali dia menyebut nama murid untuk maju ke papan tulis. Dan mungkin bukan karena kamu tidak bisa menjawab soal yang diberikannya, mungkin karena dia membuat kamu berdiri di depan kelas dan menjelaskan kepada semua murid, dan mungkin kamu selalu membenci untuk menjelaskan kepada orang-orang.

Kamu juga tidak perlu naik bus sekolah lagi dan itu lebih baik daripada tidak harus berdiri di depan kelas. Gibran, Kaesang, dan Bobby, anak laki-laki yang duduk di kursi belakang, selalu menggaggu anak perempuan. Jika kamu cantik, mereka suka mengganggumu---menarik rambutmu, mencoba menyembunyikan bukumu. Jika tidak, mereka sering mengejekmu---merundungmu dengan nama aneh dan lelucon dan jika mereka menarik rambutmu, mereka menariknya dengan keras dan jika kamu menangis, mereka tertawa. Kamu pikir sopir bus tahu, dia hanya tidak peduli. Atau mungkin dia takut apa yang akan terjadi jika mereka peduli.

Tidak ada pekerjaan rumah, itu hal lain yang tidak akan kamu dapatkan. Ibumu mencoba untuk menyuruhmu mengerjakan soal dari buku tetapi matematika dan tata bahasa tidak begitu penting lagi, jadi dia berhenti.

Kamu tidak perlu khawatir tentang mandi atau sampo masuk ke matamu. Ibumu memotong pendek rambutmu dan menyuruhmu hanya memakai jeans dan kaos, tapi tidak ada yang berwarna pink. Tidak pernah merah muda. Lebih baik tidak menjadi perempuan, katanya, bahkan ketika kebanyakan kamu berada di dalam rumah. Dia tidak akan mengatakan mengapa, tetapi kamu rasa kamu tahu sebabnya.

Kadang-kadang membosankan karena tidak ada listrik dan tidak ada televisi, tetapi kamu dapat bermain permainan yang biasa seperti ular tangga, catur, domino. Dan kamu dapat membaca atau menggambar, setidaknya sampai kehabisan kertas.

Kamu tidak dapat menyalakan keran air ledeng dan mengharapkan air keluar. Kamu harus menggunakan air kemasan dalam botol plastik dan itu sulit ditemukan. Kamu tidak bisa pergi ke minimarket dan membeli makanan. Toko-toko masih ada, tetapi rak-raknya kosong. Tidak ada orang yang bekerja di dalamnya, dan tidak ada yang membawa makanan baru.

Kamu tidak bisa melalui drive-thru untuk mendapatkan kentang atau ayam goreng, tetapi tidak masalah jika kamu punya banyak makanan kaleng yang disimpan di dapur.

Kamu akan banyak menunggu, bahkan jika kamu tidak tahu apa yang kamu tunggu. Dan kamu terbiasa dengan keheningan.

Ketika kamu keluar kembali untuk menggunakan jamban yang baru digali ibumu di pojok halaman, satu-satunya hal yang kamu dengar adalah angin dan beberapa anjing menggonggong. Hewan tidak sakit, hanya manusia.

Suatu kali kamu mendengar suara tembakan. tapi kamu berpura-pura itu hanyalah suara petasan. Kamu tidak memberi tahu ibumu, tapi yakin rasa dia juga mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun