Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kentang Ulir

20 Januari 2022   10:12 Diperbarui: 20 Januari 2022   10:14 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Youtube/Jadi Laper

Pada hari pertama pekan raya, Yono tiba di gerbang taman kota tepat dua jam setelah jam buka. Dia sebenarnya merasa kurang sopan untuk datang lebih awal. Sudah seharusnya dia memberi orang lain sedikit waktu untuk masuk ke antrean mereka. Dia sendiri tidak ingin menunggu terlalu lama.

Seluruh jangka waktu pameran empat hari---untuk pasar rakyat sepekan sama dengan empat hari---akan ditetapkan pada jam buka tersebut, dan Yono mengambil perannya dalam proses itu dengan sangat serius. Baku mutu bukanlah bahan tertawaan, jadi dia membiarkan dirinya tersenyum sopan kepada pekerja saat dia membeli tiket masuk di stan dekat gerbang depan dan kemudian berjalan melewati pintu putar dan masuk ke pekan raya. Dia berjalan cepat melintasi pasar malam, bersenang-senang di tengah keramaian pagi yang cerah.

Hanya dalam beberapa menit dia sampai di tempat tujuannya, stan tahu bulat di pintu masuk ke tengah jalan. Bukan sebuah stan, sebenarnya, tetapi mobil VW Combi sebagai dapur, dengan jendela di kedua sisinya dan tenda yang bisa dibuka yang memanjang di atasnya.

Seluruh bodi mobil dicat kuning cerah, dengan gambar kentang ulir dan tulisan "KENTANG PUTING BELIUNG" dicat di sisi dengan huruf merah besar dan aksentuasi biru laut. Yono merasakan dampaknya sangat meriah dan ceria, dan melihat dengan puas bahwa komposisi skema triadik diterapkan, dibandingkan skema Analog tahun lalu. Dia akan memberikan empat bintang untuk Penampilan.

Yono melangkah ke salah satu jendela samping yang diberi tanda panah dan tulisan "Pesan Di Sini" di atasnya. Seorang remaja berjerawat mengintip ke arahnya, tampak bosan.

"Kentang ulir rasa barbeque satu," kata Yono.

Anak itu sama sekali tidak mengangguk atau tersenyum. "Dua puluh ribu."

Satu bintang untuk Pelayanan, pikir Yono, merogoh sakunya untuk mengambil uang.

Dan satu bintang lagi untuk Harga. Kentang ulir itu lebih mahal empat ribu dari harga tahun lalu. Dia menyerahkan uang dua puluh ribu kepada remaja itu, yang menjatuhkannya ke dalam laci kasir. 

"Ambil di jendela berikutnya," katanya, lalu pindah ke belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun