Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bocah Laki-Laki di Jendela

19 Januari 2022   16:53 Diperbarui: 19 Januari 2022   16:55 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada seorang bocah laki-laki di luar jendelaku.

Dia muncul bertahun-tahun yang lalu, ketika aku masih sangat muda dan percaya pada hantu, putri duyung dan peri yang menyelinap di malam hari untuk menukar tulang manusia yang lepas dari mulut dengan uang logam.

Aku telah menyaksikan dia tumbuh bersamaku, dengan pakaian lapuk dirusak usia. Rambutnya yang merah kecokelatan mulai menghitam. Dan dengan setiap sentimeter dia tumbuh, kulitnya semakin mengencang di sekitar tulangnya yang semakin menonjol.

Tapi matanya? Matanya tak pernah berubah. Gelap seperti lubang hitam di pusat galaksi namun terang seperti supernova, hanya menatapku. Hanya menatapku.

Terkadang, ketika aku tidak bisa tidur, aku menoleh ke belakang. Mungkin untuk melihat apa yang akan dia lakukan. Mungkin untuk melihat apa yang akan terjadi jika aku bisa menang di lomba tatap menatap yang dia mulai bertahun-tahun yang lalu. Mungkin dia akhirnya akan melangkah lebih dekat, atau mengatakan sesuatu, atau memberi tahuku nama sebenarnya sehingga aku bisa berhenti memanggilnya X.

Atau mungkin tidak akan terjadi apa-apa, dan rutinitas malam kami akan terus berlanjut tanpa perubahan.

Aku belum pernah melihatnya datang atau pergi. Tapi setiap malam, dia di luar, dan setiap pagi, dia pergi. Aku tidak pernah terjaga cukup lama untuk melihatnya pergi meskipun aku sudah berusaha sebaik mungkin. Tetapi malam ini, aku harus tahu.

Ini hari terakhir sebelum aku masuk SMA, dan aku menolak menjadi remaja tanpa mengetahui apa yang terjadi padanya di pagi hari.

Kapan "pagi" secara resmi dimulai? Ketika matahari terbit, ketika bintang-bintang menghilang, ketika sebagian besar penduduk kota bangun dan berangkat kerja?

Hari ini, aku akan mencari tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun