Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Layanan Tanpa Turun

18 Januari 2022   13:36 Diperbarui: 18 Januari 2022   13:39 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antrean panjang di jendela lantatur minimarket hari ini. Ini akan menjadi penantian yang lama.

Datang ke sini untuk mengambil pesanan bahan makanan mingguanku adalah tempat terjauh yang kutuju sejak pandemi melanda. Mungkin juga sampai beberapa tahun ke depan.

Aku berdiri di akhir barisan, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sebelum pandemi, aku berbelanja di sana setidaknya sekali seminggu selama dua belas tahun, sejak pindah ke sini sebagai seorang pemuda yang baru lulus dari perguruan tinggi. Sulit dipercaya bahwa aku belum pernah ke toko ini lagi sejak Maret 2020.

Ingatan terakhirku tentang toko itu adalah rak-rak yang benar-benar kosong dari kertas toilet, yang benar-benar kubutuhkan. Di rumah hanya punya seperempat gulung.

Setelah itu, aku memesan apapun secara daring dengan jasa antaran. Tampaknya lebih aman di hari-hari awal pandemi yang menakutkan itu.

Hari ini, tentu saja, pilihannya adalah memesan secara daring dan mengambilnya di jalur lantatur. Di wilayahku---seperti juga di banyak tempat lain---larangan berbelanja di dalam ruang diberlakukan lagi lima tahun lalu, ketika mutasi virus yang sangat mematikan menyerang. Vaksin menyusul setelah beberapa bulan---tetapi kemudian muncul jenis baru yang lebih menakutkan, sehingga toko-toko tidak pernah diizinkan untuk dibuka kembali.

Aku akhirnya mencapai ujung jalur antrean. Seorang pemuda berotot---yang mungkin akan menjadi atlet kebanggaan daerah jika olahraga di SMA masih diperbolehkan---dengan cepat memasukkan barang belanjaanku ke bagasi mobil.

Aku maju meninggalkan minimarket, dan mendadak mengalami serangan panik yang biasa, berharap aku tak melupakan memesan semua yang kubutuhkan. Sangat menjengkelkan jika ada yang terlewat.

 Tidak seperti dulu, ketika kita bisa lari ke minimarket untuk mengambil satu barang dan keluar dalam lima menit. Penantian di jalur lantatur memakan waktu lama---terutama saat awal bulan.

Aku juga berharap siapa pun yang bertugas mengambilkan pesanan belanjaanku orangnya teliti. Tak ada yang lebih menjengkelkan daripada mendapatkan telur busuk atau roti berjamur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun