Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dilarang Parkir di Sini

7 Januari 2022   07:03 Diperbarui: 7 Januari 2022   07:04 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DILARANG PARKIR DI SINI, begitulah yang tertulis di rambu, sejelas mungkin.

Tidak boleh parkir kapan pun juga. Tidak di pagi hari, tidak di siang hari, tidak di jam lewat tengah malam terdingin dan tergelap. Jangan pertanyakan itu.

Meskipun jauh di ujung trotoar, di mana hampir tidak ada orang yang datang, tetap saja tidak boleh parkir kapan saja, titik. itulah yang dikatakan tanda itu.

Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu berpikir ... mengapa tidak? Mengapa tidak parkir tidak diizinkan di sini, di mana kamu berpikir tidak ada orang yang benar-benar ingin parkir di sini?

Maksudku, itu di ujung trotoar, kan? Tak seorang pun ingin berjalan jauh di sini, apalagi mengemudi dan parkir di sini.

Baiklah, jadi ini bukan pengedalian lalu lintas. Hampir tidak ada lalu lintas di sini. Dan, baiklah, ini tidak seperti kamu parkir di sini untuk menjadi dekat dengan beberapa tujuan tertentu. Tidak ada apa-apa di sini kecuali pagar kawat dan gundukan pasir di baliknya.

Oh tentu, ada semak belukar dan rumput ilalang menutupi gundukan pasir itu, dan beberapa tanaman itu bahkan memiliki bunga kecil yang cantik di atasnya, tapi tidak ada urgensi untuk menempatkan rambu 'Dilarang parkir'.

Tentu saja tidak ada yang akan kamu lakukan. Kamu tidak bisa melakukan itu, bahkan meski kamu orang aneh yang ingin ... tidak di sini, 'DILARANG PARKIR DI SINI.' Titik.

Dan saya memberi tahu kamu, mereka sangat serius tentang hal itu, tentang 'dilarang parkir di sini' itu.

Jika kamu membuang-buang waktu berkendara jauh-jauh ke sini, jangan berpikir kamu akan lolos begitu saja.

Oh, tentu kamu bisa mematikan mesin  dan keluar dari mobil, lalu berdiri di sana selama satu atau dua menit, merasa seperti pemberontak, tepat di depan rambu jika kamu mau, asal kamu tetap waspada.

Tapi cobalah untuk menjauh selama beberapa menit, dan melakukan sesuatu. Misalnya menginjak gundukan pasir dengan sepatu, atau memetik bunga yang cantik dari perdu liar, dan kemudian kamu kembali ke mobilmu, maka kamu akan menemukan surat tilang besar yang terselip di bawah penghapus kaca depan.

Atau lebih buruk lagi, mobilmu benar-benar hilang, diderek ke halaman kantor polisi di sisi terjauh kota yang tidak akan pernah kamu temukan. Kamu akan berdiri di sana di sisi jalan dengan ibu jari mencuat berharap sedikit belas kasihan dari orang yang lewat, dengan tanda 'DILARANG PARKIR DI SINI' usang yang besar itu mengintai di atas bahumu, doyong ke kepalamu.

Tidak. Kamu tidak akan lolos begitu saja, dan untuk alasan yang bagus.

Rambu itu bukan dipasang karena sekadar iseng belaka. Mereka yang memutuskannya telah memikirkan masalah ini dengan sangat serius sebelum membuat komitmen semacam itu. Rambu itu menjadi topik pembicaraan di beberapa rapat komite dan didukung oleh sepuluh tanda tangan berbeda dari berbagai kepala dinas sebagai bukti rambu itu berhak berdiri di sana.

Ini adalah rambu yang sepenuhnya, dan tidak dapat disangkal, dengan otoritas penuh untuk menyatakan dilarang parkir dengan bersungguh-sungguh.

Jangan tanya kenapa. Itu tidak penting. itu bukan urusan kamu. Ada alasan, alasan bagus, tetapi kamu tidak perlu tahu.

Kamu tidak akan mengerti. Kamu hanya akan mengeluh tentang ketidakadilan bla bla bla.

Jadi teruslah maju, teruslah mengemudi. Dengan gigi persneling rendah jika kamu mau, tapi teruslah maju.

Dilarang parkir di sini. Serius!

Tidak boleh parkir di sini, sampai kiamat.

Bandung, 7 Januari 2022

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun