Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Seniman

28 Oktober 2021   20:30 Diperbarui: 28 Oktober 2021   20:43 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: worthpoint.com

Saat umurnya enam belas, dia telah menjadi seorang seniman.

Bahkan teman-temannya sekelasnya dengan selera seni buruk tahu bahwa apa yang dibuatnya lebih dari sekadar coretan. Tubuh manusia menjadi hidup dalam goresan pensilnya. Tangan-tangan yang tampak siap meraihnya, jari-jari yang menggenggam.

Dia hanya menggambar laki-laki: rambut gondrong dengan poni menutupi satu mata, tato lambang grup band menghiasi lengan dan punggung mereka yang berotot. Semuanya dalam berbagai pose tanpa busana.

Dia lebih suka menonton serial kriminal dan film dokumenter pembunuh berantai. Idenya banyak yang diperoleh dari situ. Dia akan duduk di karpet di depan ranjangnya, membuat sketsa semua cowok yang menarik perhatiannya. 

Dia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menciptakan kembali korban laki-laki, selalu menantikan foto-foto mereka yang telah mati selama beberapa dasawarsa: warna sepia, senyum riang, era yang tidak pernah dia ketahui.

Mayat adalah spesialisasinya. Tidak, dia tidak menato korban-korban ini, hanya pria yang dia impikan saat di kelas.

Ketika dia menonton film dokumenter tentang Bayou Blue, dia memperhatikan coretannya sama seperti para korbannya. Setelah seminggu membuat sketsa berdasarkan foto-foto ini, dia menyadari bahwa dia bisa mendapat penghasilan. Alih-alih mengerjakan pekerjaan rumah, ia mulai membuat komik yang menguraikan pemerkosaan, pembunuhan, persidangan, dan eksekusi. 

Tangannya kesemutan setelah menggambar enam salinan pertama, maka dia membeli mesin printer sekaligus scanner. Jadi dia memiliki file digital yang dicetak ulang di percetakan digital printing. Dia memastikan untuk melipat dan menjilid setiap buku komik dengan sangat hati-hati, karena dia adalah seorang perfeksionis.

Saat jam istirahat, di kafetaria dia menjual buku komiknya, membayang dirinya menjual barang haram di gang gelap.

Banyak pembeli tidak tahu siapa Ronald Dominique, tetapi cukup penasaran untuk membayar lima puluh ribu untuk apa yang dijualnya. Meskipun tidak ada pahlawan super, buku komiknya lumayan sukses. Ada kelompok penggemar yang mengenakan kaos sampul depan Bayou Blue di bagian depan dan belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun