Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seperti Elektron

21 Oktober 2021   20:29 Diperbarui: 21 Oktober 2021   22:37 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar | Sumber: Youtube.com/WC Daily

Membiarkan kemarahan atasannya mereda, Susetyo menjawab dengan lemah. "Maaf, Pak," lalu berjalan menuju kepala terakhir yang ditunjukkan oleh Fitri.

Kondisi kepala itu telungkup dengan wajah terbenam di paving block. Dia berlutut, dalam hatinya bertanya-tanya mengapa dia tidak mengejar impian masa kecilnya menjadi atlet badminton daripada masuk akademi kepolisian, dan dengan ragu-ragu mengangkat kepala kecil itu dengan tangannya yang bersarung tangan lateks. Saat dia membalikkannya, dia tersentak, "Yang ini masih anak-anak!"

Kompol Andrian berhenti bergumam pada dirinya sendiri, mendekat dan berlutut sambil mendengus untuk melihat lebih dekat. Kepala seorang bocah laki-laki dengan dahi remuk akibat benturan dengan beton. Matanya membelalak dengan ekspresi antara bahagia dan kaget.

Andrian menghela napas panjang, melihat kotak berisi ayam goreng di atas pot bunga di sebelah mereka, dan mengambil paha bawah.

***

Dengan senyum seterang hari yang cerah, Elly memeriksa nasi kuning tumpeng di tampah besar transparan di ujung meja. Beberapa meja berbaris memanjang, masing-masing ditutupi dengan taplak meja kotak-kotak merah dan putih, dan makanan yang cukup untuk memberi makan seluruh peserta bazar amal. Bahkan mungkin cukup untuk memberi makan separuh penduduk kota.

Aroma yang menguar dari rendang daging, soto kikil, mi bakso, semur jengkol dan ayam goreng ditambah laksa banjar dan kerak telor dari para juara lomba kuliner, selalu menjadi best seller di bazar agustusan.

Alun-Alun kota dipenuhi dengan lusinan penduduk kota. Mereka datang untuk perayaan hari kemerdekaan yang pertama setelah pandemi berakhir. Kembang api nanti malam mungkin menjadi daya tarik utama, tetapi makanan, kesenangan, dan kebersamaan yang akan diingat semua orang di hari yang sempurna ini. Elly merasa sangat bahagia.

Pyar!

Sesuatu yang besar mendarat di panci besar kuah soto, membuatnya tersadar dari lamunannya. Dia ditutupi dengan kuah berminyak bersama dengan irisan bawang. Untung saja pemanasnya belum dinyalakan.

Amarah yang menggelegak menutup pikirannya tentang bahagianya hidup di negara merdeka saat dia berteriak, "Siapa di antara kalian anak-anak nakal yang menendang bola ke dalam panci soto, hah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun