Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bakat

14 Agustus 2021   21:45 Diperbarui: 14 Agustus 2021   21:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
freelancewriting.com

Tidak terlalu buruk, tapi aku bisa membuatnya lebih baik, pikir Mahiwal dalam hati saat dia keluar dari bioskop dan berjalan menyusuri trotoar menuju apartemennya.

Dalam seminggu, dia menonton beberapa film. Tidak gampang membuatnya terkesan, tetapi dia harus mengakui bahwa film yang barusan ditontonnya cukup bagus. Sudut kameranya pas, akting para pemain solid, tetapi tentu saja, seperti film apa pun yang dia tonton, fokusnya pada skenario.

Dia sendiri adalah seorang penulis skenario yang bercita-cita tinggi, bahkan dia memiliki skenario yang sedang dikerjakan.

Mahiwal menyukai cerita yang bagus. Dia tahu benar bahwa cerita yang bagus membuat semua perbedaan dalam sebuah film. Tentu saja, sutradara yang ceroboh atau aktor yang payah dapat mengacaukan cerita yang bagus, tetapi jika mereka tidak ada skenario, maka tidak ada gunanya sutradara atau aktor.

Dia pertama kali menulis ketika masih di SMA. Guru bahasa Indonesia menyemangatinya, dan pada saat kuliah Mahiwal tahu bahwa dia ingin mencari nafkah dengan menulis.

Dia memiliki beberapa cerita pendek yang dimuat dalam majalah kampus.  Dia tahu hasratnya adalh seni. Tentu saja, ibunya bersikeras bahwa dia harus mendapatkan gelar yang berguna untruk masa depan, jadi dia mengambil jurusan teknik komputer, dan karena ternyata cukup sulit untuk menghidupi diri sendiri sebagai penulis, dia mengakui bahwa mungkin ibunya tak sepenuhnya salah.

Bekerja sebagai konsultan untuk sebuah perusahaan teknologi besar, tetapi dalam hatinya dia tahu bahwa dia benar-benar seorang seniman, dan begitu naskah skenarionya selesai, hidupnya akan berubah.

Berjalan menyusuri jalur pedestrian di udara malam yang sejuk, dia memutar ulang film itu di benaknya, memisahkan struktur narasinya, menikmati dialog yang tampak begitu tajam dan alami.

Sambil menyusun daftar bagian favoritnya, dia juga mengkritik momen-momen yang lemah, transisi yang canggung, plot twist yang tidak masuk akal, dan juga inkonsistensi penokohan.

Oh, dia tahu tentang "penundaan kesangsian"-orang-orang menyebutnya "penangguhan ketidakpercayaan", tapi Mahiwal lebih suka istilah ciptaannya sendiri-dan dia tahu bahwa setiap penulis adalah Tuhan dari jagat yang diciptakannya. Tetapi dia suka menemukan kekurangan dalam karya penulis lain dan melihat apakah dia bisa menemukan alternatif yang lebih baik. Mahiwal yakin bahwa dia tidak akan pernah membuat kesalahan semacam itu dalam karyanya. Itulah sebabnya Mahiwal masih mengerjakan naskahnya selama bertahun-tahun. Naskah skenarionya harus sempurna, sesuai dengan standar yang ditetapkannya sendiri.

Sambil terus berpikir, dia bergegas untuk segera pulang dan duduk di depan laptopnya, untuk bekerja seperti yang dilakukan semua penulis, dalam keheningan yang agung, dan tidak akan ada yang mampu mengalihkan perhatian saat dia mengejar visinya.

Mahiwal mulai memikirkan plot naskah ceritanya sendiri, dan berja;an semakin cepat saat dia memikirkan karakter tokoh berikut kata-kata serta tindakan mereka yang menakjubkan, Semuanya akan segera dia tuangkan di atas kertas-maksudnya laptop.

Sial! Dia lupa. Laptopnya berulah sejak kemarin. Tiba-tiba membeku dan layarnya biru cerah cenderung berkedip. Mahiwal bermaksud membawanya ke toko hari ini.

Bagaimana jika sedang menulis ide-idenya tiba-tiba saja laptopnya mogok? 

Dia bisa kehilangan semua yang telah ditulisnya dengan memeras otak. Mungkin sebaiknya dia menulis garis besarnya di kertas.  Nanti tinggal mengetikkan semuanya ke komputer.

Sebenarnya, dia agak lelah, dan dia harus mengikuti rapat departemen besok pagi. Lagi pula sekarang dia lapar, mungkin dia harus berhenti di warung nasi padang di lantai dasar gedung apartemen.

Pada saat dia sampai di aoartemennya nanti, dia tahu bahwa menulis harus menunggu sampai besok malam, jika dia pulang cukup awal setelah melihat film Jerman yang diputar di gedung kebudayaan untuk satu malam saja. 

Tetapi dia juga tahu bahwa ketika dia akhirnya duduk untuk menumpahkan ide kreatifnya, ketika dia akhirnya mengerahkan semua kemampuannya untuk karyanya, naskah skenarionya akan menjadi mahakarya luar biasa....

Bandung, 14 Agustus 2021

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun