Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Batas

5 Agustus 2021   21:03 Diperbarui: 6 Agustus 2021   20:55 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak masalah," kataku padanya. "Aku tidak keberatan menjadi umpan."

"Siapa yang akan membayar ongkos taksi?" dia bertanya. "Uangku habis."

"Nanti sampai di rumah sakit beritahu penjaga bahwa taksi belum dibayar."

"Kamu tidak bisa memberiku sedikit uang?"

"Aku juga lagi bokek," kataku padanya, dan itu benar. Aku menghabiskan lembar dua puluh terakhir untuk sebungkus rokok yang akan kuisap dalam perjalanan menjauh dari Obbie.

Aku menawarkan sebatang penyebab kanker itu padanya dan dia meraihnya, menyelipkan benda itu di bibirnya.

"Aku pikir-pikir dulu saranmu," kata Obbie. "Bolehkah aku menggunakan ponselmu?"

"Tentu."

Aku meninggalkannya di atas meja. Benda itu hadiah dari orang tuaku yang mencintaiku. Meski pun aku merasa gagal sebagai manusia, namun Ibu dan Ayah tetap mendukungku. Yang bisa kulakukan saat ini adalah memberikan nasihat kepada seorang pembunuh sakit jiwa yang melarikan diri.

Pasti orang tuaku menginginkanku lari keluar dan menelepon polisi.

Aku berjalan menuruni tangga apartemen dan menghirup udara segar. Tidak ada tanda-tanda polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun