Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamis Sampah

21 Juli 2021   21:45 Diperbarui: 21 Juli 2021   22:07 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: https://allgreenservices.net/

Syauki selalu terbangun lebih awal pada hari Kamis. Biasanya sebelum jam alarm berbunyi. Karena, tentu saja, hari Kamis adalah Hari Sampah.

Dia berpakaian dengan cepat dan terburu-buru, bahkan melewatkan sarapan. Mengambil kantong sampah plastik besar dari lemari, kemudian pergi dari kamar ke kamar, mengosongkan isi dari semua keranjang sampah kecil ke dalam kantong plastik.

Selalu mengikuti pola yang sama. Pertama kamar tidur, kemudian kamar mandi, lanjut kamar tidur kedua yang digunakan sebagai kamar belajar, keranjang kecil dekat sofa di ruang tamu, keranjang yang lebih kecil lagi sehingga bisa dipurukkan di sudut lemari ruang makan, keranjang yang seukuran di samping meja dapur, dan yang terakhir sekaligus yang paling menyenangkan, keranjnag besar di dapur itu sendiri.

Tentu saja, tidak banyak sampah di sebagian besar keranjang karena dia tinggal sendiri dan tidak banyak memproduksi sampah, tetapi dalam seminggu dia selalu memastikan untuk menyimpan sedikit sampah di setiap keranjang setidaknya sekali, hanya memastikan ada yang bisa diambilnya pada Kamis pagi.

Ketika semua keranjang telah dikosongkan, Syauki menyeret kantong plastik keluar melalui pintu belakang ke lorong, di mana yang terdapat dua bak sampah besar beroda. 

Warna hijau untuk daur ulang yang diisinya setiap hari jika ia memiliki plastik atau beling, dan kemudian bak kuning untuk sampah organik, tempat dia menempatkan kantong plastik dari hasil pengumpulan Kamis pagi.

Dia kemudian mendorong kedua bak beroda, menyusuri jalan sepanjang samping rumah dan keluar ke trotoar depan, dan mengatur keduanya dengan rapi berdampingan.

Dia kemudian melihat arloji, melihat ke jalan untuk memastikan bahwa Mus tidak datang lebih awal dari biasanya, dan merasa cukup aman untuk sarapan.

Dia masuk ke dalam untuk membuat secangkir kopi dan roti panggang, pindah ke teras depan untuk makan sambil ia menunggu.

Benar saja. 08:15, tepat saat dia menyelesaikan gigitan terakhir, truk sampah besar berhenti dan Mus turun dan mengangkut tong sampah Syauki. Dia selalu melambaikan tangan pada Syauki dan memulai percakapan singkat.

"Yo, Syauki, 'pa kabar?"

"Kabar baik, Kang Mus. Kang Mus apa kabar?"

"Repot, Ki. Biarpun sudah bulan Juli tapi hujan masih saja turun setiap hari."

"Iya, Kang. Mestinya sudah masuk kemarau, ya?"

Mus mengangkat bak sampah Syauki seperti bulu, melemparkan isinya dengan cepat ke bagian belakang truknya, lalu melambaikan tangan dan melanjutkan perjalanan. Syauki tetap bertahan di teras selama satu -- dua menit, mendengarkan suara truk menjauh.

Kemudian perlahan-lahan dia bangkit dan masuk ke dalam untuk menonton berita pagi. Setelahnya, dia ke kamar mandi dan membersihkan hidungnya dengan kertas tisu yang kemudian dibuangnya ke dalam keranjang sampah kamar mandi, mengawali koleksinya untuk Kamis depan.

Bandung, 21 Juli 2021

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun