Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matic, Bukan Manual

13 Juli 2021   20:28 Diperbarui: 13 Juli 2021   20:55 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yona membantu Nenek duduk di kursi sofa. Nenek duduk dengan bingung. Kemudian dia mulai melambaikan tangannya dan mengoceh beberapa hal aneh tentang kereta api sebelum jatuh ke lantai lagi.

Bibi Icha berteriak, "Kita harus melakukan sesuatu!" sambil membantu Yona mengangkat Nenek kembali ke kursi.

"Bagaimana dengan Mamang Heri?" Zoel menyarankan.

"Tidak, dia tidak akan bisa melakukannya," jawab Yona.

Bertahun-tahun yang lalu Kakek dan Nenek membeli rumah tua yang besar ini di pedesaan karena letaknya dalam jarak berjalan kaki dari Panti Jompo 'Manula Bahagia'. Nenek sudah mulai mengoceh tak keruan, dan mereka pikir akan lebih baik berada di dekat tempat itu.

Ternyata, panti jompo tidak bisa berbuat apa-apa untuknya. Nenek harus pergi ke rumah sakit selama beberapa hari ketika suatu hari dia kejang-kejang dan mengoceh tentang gerobak sapi. Namun, semua senang berada di dekat tempat itu, ketika Mamang Heri mulai mengalami masalah ingatan. Dia baik-baik saja di rumah sampai kemudian dia mulai berkeliaran dan tersesat di hutan.

Mamang Heri adalah adik laki-laki Nenek. Dia cukup tua dan pernah mengendarai mobil-mobil antik. Tapi apakah dia akan ingat? Dan apakah kita bisa mengeluarkannya dari panti jompo?

Dia menyukai panti jompo. Dia pikir dia masih bertugas sebagai reserse, dan kepala perawat adalah komandannya. Ironisnya, nama perawat kepala itu adalah Norah. Apalgi tampangnya persis tokoh film komedi kuno yang berjudul Suster Ngesot.

Seperti yang kami duga, cukup sulit membujuk Suster Norah agar mengizinkan kami untuk membawa Mamang Heri pulang meski sebentar. Tentu saja kami tidak memberi tahu alasan sebenarnya.

"Dia tidak bisa pergi tanpa izin dokter, dan tidak ada dokter di sini hari ini," katanya kepada kami.

Kami sudah menduganya. Maka aku menyelinap ke selasar sementara anggota keluarga lainnya membuat Suster Ngesot---maksudku Suster Norah sibuk. Aku menyelinap di koridor menuju kamar Mamang Heri dan menemukannya sedang menonton televisi 3D. Dia senang melihatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun