Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 13: Jerat-Jerat Hati

11 Juli 2021   09:46 Diperbarui: 6 April 2022   00:03 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus: dua anak manusia berpelukan di atas pasir.

Tempat kejadian perkara: pantai pasir putih.

Waktu: suatu malam akhir pekan di musim kemarau

Jaket dibentangkan di atas pasir basah. Baju kaus disangkutkan ke pohon nanas laut. Kulit telanjang berkilau di bawah rembulan separuh di tengah malam bulan Juli yang lembab. Kunang-kunang memamerkan rahasia mereka di semak ilalang seberang jalan aspal. Tangannya meremas payudaramu.

Dia menunjukkan padamu siapa dirinya pada malam pertama ---putus asa dan manusiawi--- tetapi yang kamu inginkan hanyalah ciuman lembut.

Ceritakan dari awal.

Sebelum kalian menyelinap pergi, kamu dan yang lain berada di rumah kapten tim, memegang botol bir seolah-olah biasa minum bertahun-tahun.

Usiamu baru 17 tahun. Para remaja berjaket biru dengan logo tim basket sekolah bergerombol di selasar dan ruang tamu, tetapi hanya Leo Patria yang menarik perhatianmu. Semua orang di SMA mengenalnya: jagoan basket, nilai rapor nyaris sempurna, juga tampan yang tidak pernah bisa dimengerti kenapa

Saat kamu melihat dari dapur, memperhatikan dia menggerakkan jari-jarinya selama percakapan, atau menghindari kontak mata dengan menatap ujung jari kaki, dan setelah membuat cewek-cewek pengagumnya tertawa, dia akan menyelinap ke teras depan. Kamu mengikutinya. Gadis-gadis dan teman-teman selalu mengerubunginya, mereka tertawa, dan dia pergi, selalu begitu.

Mungkin karena pengaruh alkohol, tetapi kamu menyamperinya dan berkata, "Hai, saya Nita. Kamu pasti Leo Patria."

Dia menyeringai sambil menyisir rambut hitamnya ke belakang. "Rupanya aku cukup terkenal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun