Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati dari Logam

3 Juli 2021   19:22 Diperbarui: 3 Juli 2021   19:38 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
besthdwallpaper.com

Bagaimana mungkin menjadi bagian dari umat manusia ketika kamu bukan manusia?

Aku hanyalah adalah sebuah eksperimen. Sebuah 'keajaiban ilmiah'.

Keajaiban? Ya benar.

Tangan robotku meraih tablet data yang merinci semua 'upgrade' yang diberikan padaku, menjepitnya dengan hati-hati agar tidak remuk di antara jari besi. Kata-katanya ringkas padat, rincian singkat tentang bagaimana tulangku telah diganti dengan logam padat berserat. Bagaimana perangkat kecerdasan buatan telah diintregrasikan di tengkorakku, juga modifikasi jaringan tubuh. Bahkan, otakku kini sebagiannya adalah mesin.

Masihkah aku bisa disebut manusia, ketika semua yang kumiliki sebelumnya: emosi, memori, rasa---semua yang mendefinisikan siapa aku--- telah diganti, dikacaukan, dan diubah menjadi sesuatu yang artifisial?

Bagaimana aku bisa yakin bahwa memori ini adalah milikku?

"Cermin itu sangat mahal," kata Lovelace, kecerdasan buatan yang merupakan temanku satu-satunya di sini. Terdengar desir menjengkelkan saat kamera kamar mandi memperbesar tangkapan lensa.

"Mengapa kamu merusaknya?"

"Kamu tahu kenapa," kataku. 

Lovelace bisa mendeteksi kecepatan detak jantung buatanku, derau lonjakan sinyal radio dari otakku yang telah mengalami peningkatan kinerja saraf, dan oksigen yang kuhirup melalui paru-paru buatan.

Dia tahu aku marah dan tahu mengapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun