Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 11: Korsase

27 Juni 2021   09:39 Diperbarui: 6 April 2022   00:00 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketakutan adalah naluri dasar manusia.

Ketakutan bisa menjadi hal yang baik. Di zaman prasejarah ketika manusia masih sama liarnya dengan sesama pelata muka bumi, ketakutan membuat manusia purba tetap hidup.

Sekarang pun rasa takut masih menjadi pendorong yang luar biasa, meski juga bisa menjadi penghambat tanpa ampun. Yang terakhir inilah yang sedang kurasakan ketika mencoba mengingat apakah untuk membuat simpul dasi naik dari kiri dan turun atau turun dari kiri dan melingkar turun. Tanganku yang gemetar tidak membantu. Meskipun tidak sedang dikejar oleh macan gigi pedang si pemangsa di alam liar, tetapi mungkin aku lebih suka begitu.

Pesta menyambut kelulusan SMA, dan aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak muntah di setelan jas yang kupinjam dari om Mukhsin. Semua tahu, prom night adalah budaya Barat, terutama Amerika Serikat yang dipopulerkan oleh film Grease. Dan daripada nanggung plagiasinya, sekalian saja dengan kewajiban memakai tuksedo bagi anak cowok dan gaun pesta untuk anak cewek.

Malam wisuda merupakan kesempatan terakhir berdansa dengan gadis pujaan. Vila besar disewa dan didekorasi dengan berbagai macam lampu, balon, dan benda-benda berkilau. Restoran lokal melayani konsumsi untuk acara tersebut, di samping penampilan band sekolah untuk mengiringi dansa.

Aku belum pernah ke pesta dansa sekolah sebelumnya, dan tidak pernah juga dengan kencan yang sebenarnya. Saat kelas tiga SMP Tahun lalu aku menghadiri pesta ulang tahun Tania. Ada DJ dan lampu disko, dan pasanganku berdisko adalah Rudi. Pada kenyataannya, aku dn dia tidak punya nyali untuk mengajak gadis-gadis menjadi pasangan dansa kami. Dan untuk kalian ketahui, baik aku dan Rudi adalah cowok normal.

Tapi, kali ini berbeda. Kali ini aku punya kencan yang sebenarnya. Ratna Ningtyas. Ratna dan aku sahabat dan tetangga masa kecil. Memintanya untuk menjadi teman kencan sebenarnya logis saja.

Aku menunggu sampai bimbingan belajar yang diberikan sekolah sebagai persiapan mengikuti SIPENMARU sebelum bertanya padanya. Mungkin dia pikir aku terkena semacam epilepsi, karena otakku menyuruh berkata,"Ratna, maukah kamu pergi ke pesta wisuda denganku?" tetapi yang keluar, ""Ratnapergikedansapestadengankumau?" Kata-kata meluncur dari mulutku bagai diare.

Dia bilang ya ... setelah berhenti tertawa.

***

Aku harus buru-buru keluar rumah untuk menjemput Ratna sebelum orang tuaku menghentikanku untuk---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun