Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kaus Kaki Pawang Harimau

18 Juni 2021   19:06 Diperbarui: 18 Juni 2021   20:19 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu pagi yang cerah, Ferry si pawang harimau terbangun di dalam kandang macan, yang, bukan hal yang terlalu luar biasa mengingat pekerjaannya adalah menjinakkan harimau. Apalagi semalam dia minum-minum dengan teman-teman sirkus taman safarinya.

Tapi apa yang tidak biasa, Ferry melihat melalui matanya yang masih belekan adalah, dia hanya mengenakan salah satu kaus kaki bergaris ungu-putih-kuning favoritnya. Yang kiri, ternyata.

Si harimau, Bulbul, memakai yang satunya lagi. Sebelah kanan, tepatnya.

Mungkin yang lebih aneh lagi, Ferry masih mengenakan kedua sepatu hitamnya yang bertali, masih terikat rapi.

Apakah kaus kaki itu, entah bagaimana, berhasil memindahkan dirinya sendiri secara ajaib? Bahkan jika Bulbul bisa melepaskan kaus kaki Ferry dari kaki Ferry dan ke kakinya sendiri, rasanya menggelikan untuk berpikir dia bisa meletakkan sepatu itu kembali di kaki Ferry dan mengikatnya kembali.

Bulbul duduk menatap Ferry dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.

Ferry menyadari bahwa kaus kaki bergaris kesayangannya kemungkinan besar takkan simetris cermin lagi. Bagaimanapun juga, cakar harimau bukanlah hal yang sepele.

"Bulbul," katanya, menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Kenapa kamu memakai kaus kakiku?"

"Untuk mendapatkan perhatianmu," kata Bulbul.

Si pawang harimau memekik kaget dan memundurkan pantatnya.

"Yang bener aja," kata Bulbul. "Kamu mempertontonkanku di depan orang banyak hampir setiap hari dan memasukkan kepalamu ke dalam mulutku, kepala yang akan putus jika aku tidak sengaja bersin. Dan sekarang kamu takut padaku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun