Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Belas Kematian

14 Juni 2021   22:04 Diperbarui: 14 Juni 2021   22:09 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah tentang Rena Renata seperti dongeng.

Bagaimanapun, dia adalah seorang putri, dan tergantung pada siapa kamu bertanya, aku bisa memainkan banyak peran. Kamu bahkan bisa yakin bahwa benar-benar cerita berasal dariku.

Begini ceritanya.

Sekali waktu, seorang putri tewas belasan kali. Seorang pria---aku---mencintainya untuk menyelamatkannya sebelas kali dan membiarkannya mati untuk yang kedua belas.

Bagaimana. Mau dilanjut?

***

Aku sudah memiliki teknologi itu jauh sebelum kematian pertamanya. Ayahku yang menciptakannya. Layaknya seperti yang dilakukan banyak fisikawan: brilian dan gila, terobsesi dengan kematian dan kesempatan kedua. Bidangnya adalah fisika kuantum. Perjalanan waktu. Dia mewariskan Pendaur kepadaku ketika dia meninggal.

Gunakan hanya jika benar-benar perlu, tulisnya dalam surat wasiat.

Aku mengenakan perangkat itu di pergelangan tangan sebagai rasa hormat dan mengatakan setengah kebenaran kepada yang penasaran bahwa itu arloji wasiat bapak. Aku akan menceritakan yang sebenarnya kepadamu.

Bapak menemukan cara untuk mengulang dua puluh empat jam sampai orang yang mengendalikan Pendaur menghentikannya. Dia pikir itu berguna. Aku, orang yang sangat percaya pada takdir, tidak berpikir begitu. Tapi dia menyukainya dan aku menyayangi Bapak dan dia sudah meninggal, jadi aku memakainya. Dan suatu hari, aku menggunakannya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun