Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lampu Rumah Tua

10 Juni 2021   21:10 Diperbarui: 10 Juni 2021   21:14 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahesa mengulurkan tangannya dan menepuk surainya yang kaku kusut, otot cacing melingkar tersentuh jemarinya, lalu perlahan terurai dan mulai rileks.

Mahesa dengan lembut membelai makhluk yang pernah menghantui langit hitam dunia kehelapan.

Mulutnya ternganga seolah-olah ingin tertawa kegirangan, dan saat itu juga, nada keras melengking keluar dari tanduk berkarat makhluknya. Rahang Mahesa terkunci rapat karena kaget, tetapi di saat yang sama, dia mengerti dengan fakta yang tak terbantahkan: ketika dia berusaha bicara sehingga paru-parunya hancur karena maka tanduk monsternya menderu-deru, mengembik seperti domba yang terluka. Berbunyi membuat suara!

"Halo," dia berbisik, dan dari makhluk itu terdengar disonansi kasar. Namun, bagi Mahesa, terdengar seperti himne kemenangan. "HALO! HALO! HALO!"

Muka Mahesa merah padam keungu-unguan. Lidahnya berkepak-kepak penuh semangat di dalam mulutnya yang menganga. Matanya berputar ke belakang dalam gairah dan lengannya terangkat dan mengepal.

Semangatnya menyala-nyala. Dia sangat berterima kasih kepada Lampu. Dia berterima kasih kepada Lampu karena telah membebaskannya dari topeng kepalsuan yang dikenakan manusia tanpa sadar. Dia berterima kasih karena Lampu telah membuatnya bersinar.

Lengkingan suara tanduk menyenandungkan lagu pedih mencapai puncaknya. Sayap makhluk itu berkibar dalam pusaran bunyi, menembus dinding seperti petir menyambar. Tapi Mahesa tak berhenti, dia berteriak dan berteriak sampai paru-parunya meledak. Menyerah pada kekuatan Mahesa, pintu ke kamar terbuka. Semua pintu bebas terbuka.

Mahesa muncul di udara malam yang berkabut dan menyadari bahwa dia tidak pernah sendirian sama sekali saat dia melihat tiga tetangga sebelah yang bahkan tidak dia kenali. Yang dilihatnya kini adalah tiga mitra yang bergabung dengannya dalam permainan barunya. Dia menerima mereka bukan karena mereka diubah seperti dia, tetapi karena mereka adalah kebenaran. Kebenaran yang jujur dan terbuka.

Hilang dan akhirnya ditemukan. Mereka semua hanya ingin pulang. Mereka tidak yakin yakin pulang ke mana, tapi Mahesa Nendra dari Jalan Anggrek No. 32 dengan gagah berani memimpin mereka semua menuju ke dunia di luar dunia.

***

 Ketika petugas pembongkaran berikut alat-alat berat tiba keesokan harinya, mereka menemukan bahwa tidak ada yang tersisa dari rumah tua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun