Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lampu Rumah Tua

10 Juni 2021   21:10 Diperbarui: 10 Juni 2021   21:14 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lampu menghajarnya dengan petir dan kilat, memisahkan kebohongan mengerikan dari kebenaran yang bahkan lebih mengerikan dan menggantikan waham palsu dengan kebobrokan sejati.

Sang dewi pujaan dilemparkan dari singgasananya yang meledak hancur berantakan dan tidak pernah utuh lagi.

Ketika Firni tersadar, dia tidak lagi melihat dunia melalui sudut pandang yang normal. Penglihatannya diacak-acak dengan dua lusin cara berbeda, seperti dia sedang melihat melalui prisma berlian.

Dia mengedipkan matanya, dan yang berkedip bukanlah kelopak mata manusia, melainkan lapisan kuning tembus pandang yang kental dengan lendir. Melihat melalui dua kaleidoskop, kakinya tersandung sepatu imitasinya, tangannya berayun untuk menjaga keseimbangan, dunia berputar di sekelilingnya membentuk pola fantasi.

Kerangka luarnya menabrak dinding dengan suara keras yang mengerikan, seperti menginjak kaleng minuman sampai meletup. Dan tanpa sadar cairan kimia merah terang menyemprot dari dua lubang kecil di wajahnya; tanda untuk memberi tahu kaumnya bahwa dia dalam kesulitan.

Gas menyebar ke seluruh ruangan, udara berkabut merah muda bagai kekurangan kandungan oksigen.

Saat dia mundur dan mengulurkan tangan untuk memeriksa bagian tubuhnya yang terbentur, Firni tahu, tanpa pernah belajar sebelumnya, tentang bagaimana serangga berkomunikasi. Indra pembaunya adalah segalanya.

Tangan mulusnya dengan kuku yang terawat indah berkibar di atas kepalanya karena panik, dan ketika akhirnya menyentuh antena yang bengkok dan terluka, kebenaran menjadi jelas bahkan bagi seorang idiot sepertinya.

Dunianya berputar. Sambil mengerang dan berbalik, dirinya menghadap cermin secara kebetulan. Terlempar dari keseimbangan oleh antenanya yang rusak, Firni merangkak dengan tangan dan lututnya yang berdarah. Tercermin di matanya, dua puluh empat Firni merangkak kembali padanya.

Hanya dari leher ke bawah yang merupakan manusia. Firni telah lahir kembali dengan kepala kehijauan.

Kepala aneh dari belalang sembah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun