Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untaian Nada Waktu-Waktu

7 Juni 2021   19:16 Diperbarui: 7 Juni 2021   20:27 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu belum mengenalku, cintaku, tetapi aku dapat mendengarmu di masa depanku.

Kamu ada di sana sejak awal. Pada awalnya hanya beberapa nada yang lemah dan tersesat, tetapi kehadiranmu berkembang menjadi refrain yang indah. Aku berharap kamu bisa mendengarkan waktu sepertiku, cintaku, tapi lagu ini tidak dimaksudkan untuk didengar.

Masa depan harus dikumpulkan dalam helai kain merah muda beledu dengan benang halus yang dianyam keluar masuk dari garis waktu alternatif. Masa lalu harus direkam, diserap ke dalam buntut kelabu kokoh yang membentang kembali ke awal alam semesta. Kita manusia tidak memiliki kain atau buntut, tetapi ketika para Makhluk Abadi ingin berbicara dengan kita, mereka menemukan cara untuk mengatasinya.

***

Nyanyian masa laluku sungguh sederhana.

Ketika aku berusia sembilan tahun, aku mendengar suara ibuku untuk pertama kalinya. Para dokter khawatir bahwa mungkin aku terlalu tua untuk beradaptasi dengan perubahan. Mereka mengatakan bahwa sensasinya mungkin luar biasa. Mereka menjelaskan bahwa suara tidak akan sama bagiku dengan anak yang lahir dengan pendengaran normal. Tapi tidak ada yang penting. Sebagai anak sembilan tahun, aku melihat prosedur ini sebagai cara untuk menjadi normal, sama seperti anak lainnya, dan aku mengambil kesempatan itu.

Ketika para dokter menghidupkan implan koklea---rumah siput---di telinga dalamku untuk pertama kali, aku berada di ruangan yang sunyi. Ibuku memberiku waktu sejenak untuk menyesuaikan diri dengan dengungan lampu, dan kemudian dia berbicara kepadaku.

Dia mengatakan bahwa dia mencintaiku, dibantu bahasa isyarat tangan yang menjadi kebiasaan kami. Ketika aku mendengar suaranya, air mataku mengalir. Aku menangis.

Aku tidak pernah bermimpi bahwa dalam hidupku akan mendapatkan kesempatan lain. Namun, ketika para Makhluk Abadi melakukan kontak pertama, mereka tidak memilih politisi atau ilmuwan. Mereka meminta orang-orang sepertiku.

Aku telah belajar pengertian baru, dan aku sudah memiliki sensor eksternal yang terhubung ke sistem sarafku. Dengan izin dariku, para Makhluk Abadi mengubah implan koklea-ku, dan apa yang mereka rasakan seiring waktu, aku mendengarnya sebagai musik.

Begitu banyak yang ingin mereka katakan kepada kita yang terkandung dalam harmoni masa depan.  Mereka merasa hanya dengan cara itu dapat berkomunikasi dengan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun