Tidak.
Tidak.
Logikaku tidak bisa menerima itu. Bagian otakku yang sama mempertanyakan tahun-tahunku sendiri.
Hella semakin tua. Perempuan yang memotong rambut hitam tebal panjang yang dulu kubelai dengan jari-jariku. Perempuan yang menjadi kaku dan karena ...
Padahal dia masih tetap cantik.
Bagian lain dari diriku tahu itu, bagian yang sama yang berteriak agar aku tetap di tempat tidur, mendengarkan suara bisikan di otakku yang diam selama setengah usia perkawinan kami. Bagian yang sama dari diriku yang memaksakan sedikit sopan santun ke dalam senyumku yang dingin di pagi hari. Namun, itu adalah bagian yang sama dari diriku yang bertanya mengapa dia berbalik setiap pagi. Apa yang membuatnya sangat membenciku sehingga ...
Sepuluh tahun dalam bayang-bayang, dan tiba-tiba berkas sinar matahari menerangi sudut yang tidak pernah terlihat.
Pada saat itu, bagian dari diriku yang lain akhirnya terdengar, menunjukkan bahwa memunggungiku bukanlah tindakan pertama Hella.
Tidak.
Tindakan pertamanya adalah tersenyum, senyuman yang telah kusalahpahami. Senyum yang memintaku untuk mengambil cuti di hari Jumat yang selalu aku tolak, untuk tinggal lebih lama satu jam saja di pagi hari, untuk tinggal cukup lama untuk dekat dengannya. Untuk tinggal cukup lama untuk menunjukkan bahwa aku ingin dekat dengannya.
Bagaimana aku bisa berharap dia mencintaiku? Bagaimana aku bisa menuntutnya? Itu aku ... itu semua sebabku.