Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 7: Tak Tertolong Lagi

30 Mei 2021   10:52 Diperbarui: 30 Mei 2021   10:55 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aroma sisa bubur ayam kaki lima yang kuat seperti biasa. Bolak-balik aku menatap buku sialan itu, berpindah ke Netflix di televisi atau cicak di dinding sebelum kembali lagi ke buku itu.

Wajah Juli di sampul depan menggodaku, seolah-olah dia tahu telah berhasil membuatku gugup dan dia menyukai setiap detik kepanikanku yang tidak perlu. Bodoh. Ngapain aku panik?

Sebelum sadar sepenuhnya, aku telah menambahkan nomornya ke daftar kontak di ponsel. Yang membuatku berpikir, tak ada salahnya meneleponnya sekarang juga. Aku jarang menelepon. setidaknya aku perlu mencoba berbicara dengan manusia lagi, dan dia bukanlah, seperti, pilihan terburuk. Aku punya teman yang lebih jahat darinya.

Aku memaksakan diri untuk menyentuh ikon "panggil". Ponselku berdering.

Berdering.

Berdering.

Berdering, hingga terdengar pesan suara.

Sial, dia pasti masih sibuk. Aku meninggalkan pesan.

"Juli? Ini aku, Rafi. Aku ... aku tidak tahu. Uh, terima kasih untuk bukunya, ngomong-ngomong. Aku tidak punya kesempatan untuk mengatakannya sebelumnya, jadi, ya. Telepon balik kalu sempat, atau kirim pesan. Aku nggak keberatan, kok Tapi, eh, ya. Senang bertemu denganmu. Sampai jumpa."

Buru-buru aku menutup telepon. Rasanya mau muntah. Aku melempar ponselku ke ranjang dan tidur meringkuk di sofa malam itu.

Bodoh, panik untuk sesuatu yang seremeh itu. Sebanyak apa pun buku motivasional yang telah kubaca percuma saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun