Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

10 Tips Singkat Menulis Novel (2)

29 Mei 2021   21:15 Diperbarui: 29 Mei 2021   21:27 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih berminat menulis novel? Baik, mari kita lanjut.

3. Menentukan Sudut Pandang

Siapa yang menceritakan, dan dari jarak berapa? Apakah kamu memilih perawi (narator) orang pertama yang terlibat sebagai pelaku, perawi mahatahu yang dapat mengakses pikiran karakter apa pun dan kapan pun, atau narasi orang ketiga terbatas yang melekat erat pada satu tokoh?

Atau menggunakan banyak narator yang memaparkan dari sudut yang berbeda?

Menggunakan perawi orang pertama melibatkan pembaca untuk berempati pada tokoh, memahami motivasinya dari sudut pandangnya sendiri, meski mungkin tindakannya tercela, tapi menjadi masuk akal.

Aku menggunakan narator orang pertama untuk novelet Kidung Bocah Udik karena memungkinkanku untuk menjadi suara tokoh yang berada di tengah gegar budaya perubahan masyarakat dengan kehadiran perusahaan multinasional.

Biasanya, saat menulis draft awal, aku mencoba dari berbagai sudut pandang sebelum menetapkan sudut pandang mana yang kupilih.

Jika kamu baru memulai, cobalah menulis dengan sudut pandang yang paling alami buatmu. Memilih sudut pandang yang secara naluriah terasa benar akan membantumu membentuk suara yang nyata dan menarik. Saat kamu menjadi lebih terampil dan percaya diri dalam menulis, silakan mencoba sudut pandang yang berbeda untuk novel dan cerita yang berbeda.

dok. pri.
dok. pri.
4. Memilih Tokoh Utama

Kamu butuh tokoh di pusat cerita. Tokoh ini diperlukan untuk menjadi tempat pembaca ada 'berakar', tidak peduli seberapa cacatnya sang tokoh. Dan dia harus memiliki kekurangan agar realistis dan menarik.

Meskipun 'Aku' (Rafli) dalam 'Kidung Bocah Udik' tampaknya sebagai tokoh protagonis (dengan segala kekurangannya), sebenarnya tokoh utamanya adalah Ranto 'Retak', yang bahkan lebih cacat lagi dari Rafli. Sebagai remaja, keduanya bertindak seenaknya, bahkan nyaris menjadi kriminal.  Tetapi pada akhirnya, karena memahami sebab musababnya, pembaca menaruh simpati pada keduanya.

Malin dalam Petualangan Malin bukanlah tokoh ideal yang bisa menjadi teladan. Tapi sepanjang jalan cerita, aku membuat pembaca memahami ambisinya, hasratnya yang rakus akan status dan kekayaan. Novel hebat berkat karakter. Tokoh utama kamu haruslah tokoh yang patut diperhatikan.

dok. pri.
dok. pri.
Ingat, tokoh protagonismu BUKAN KAMU. Dia dapat (dan seharusnya) membuat keputusan buruk yang MUNGKIN tidak akan pernah kamu ambil dan mendapat masalah yang tidak akan pernah kamu alami selama hidupmu.

Jika kamu merasa kesulitan untuk memisahkan dirimu dari tokohmu, pertimbangkan untuk membuat protagonis berbeda dari dirimu dalam beberapa hal yang signifikan. Novel-novelku mempunyai tokoh protagonis anak-anak, orang dewasa, lelaki dan perempuan.

Menulis dari sudut pandang wanita merupakan tantangan yang menarik dan membawa inajinasiku ke tempat-tempat yang mungkin tidak akan kualami sebagai seorang lelaki.

Sekali lagi: Ingat, tokoh utamamu bukanlah kamu. Dia dapat (dan seharusnya) membuat keputusan buruk yang tidak akan pernah kamu buat, mendapat masalah yang tidak akan pernah Anda alami.

Masalah adalah bagian yang menyenangkan dari fiksi. Jadikanlah.

BERSAMBUNG

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun