Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Umpan

27 Mei 2021   19:19 Diperbarui: 27 Mei 2021   19:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tristan telah mencoba semua cara yang dia bisa pikirkan untuk mengusir monter itu.

Mamanya meyakinkannya bahwa tidak ada monster yang tinggal di rumah mereka. Dia meraih tangan Tristan dan membawanya berkeliling ke setiap kamar. Lemari-lemari dan rak-rak dibuka, permadani diangkat, dan tirai kamar mandi ditarik ke belakang hingga yang terlihat hanya lantai keramik yang berjamur dan karat buih sabun di dinding.

"Nah, tidak ada monster sama sekali," dia mengumumkan. "Sekarang bisakah kita kembali tidur?"

"Bagaimana dengan kolong tempat tidur?" dia memohon, sambil menunjuk ke arah kamarnya. "Tristan melihatnya di situ."

"Astaga, Tris," desah mamanya. Dia menarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan mengembuskannya, lalu menatap mata coklat putranya yang berusia tujuh tahun yang ketakutan dan tersenyum.

"Baiklah," katanya, sambil jari telunjuknya teracung membentuk pistol pura-pura. Dia mendekati pintu kamar tidur Tristan dan dengan berani menendangnya hingga terbuka.

"Kamu terkepung, Tuan Monster!" dia berteriak. "Sekarang keluar sambil mengangkat tangan!"

Tristan terkikik. Terkadang mamanya bisa sangat lucu.

Dia melangkah masuk ke dalam kamar, dan memberi isyarat dengan kepalanya agar Tristan mengikuti. Si bocah memeluknya dari belakang dan memiringkan kepala kecilnya keluar dari balik pinggulnya.

Mamanya kemudian berjongkok dengan kedua tangan di lantai lalu merangkak, dan merangkak, dan berhenti di tengah kamar. Ketika dia menyentuh tepi seprai biru tua bergambar Superman, Tristan menggigil. Nafasnya memburu.

"Sekarang saatnya," bisik mamanya, menyibak kain di tangannya. Dia memasukkan tangannya ke bawah tempat tidur dan berteriak, "Dor! Matilah, monster!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun