Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ruam

20 Mei 2021   20:28 Diperbarui: 20 Mei 2021   20:56 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika muncul pertama kali di tangannya pagi itu, dia mengira semacam ruam yang aneh. Bagian terbesar dari ruam itu menggelembung hingga sebesar uang logam dan bersarang di bagian daging yang lembut di antara ibu jari dan jari telunjuknya. Mungkin kulitnya melepuh, bengkak dan merah jambu, kecuali cahaya merah memancar yang jelas terlihat tepat di bawah permukaan kulit.

Istrinya, Chika, melihat sekilas dan mengabaikannya. "Mungkin gigitan laba-laba," katanya. Mungkin akan hilang dengan sendirinya.

Dia terus-menerus memeriksa ruam atau gigitan laba-laba atau apa pun itu.

"Jangan digaruk," seru Chika dari kamar mandi. Meski mereka baru menikah tiga bulan, dia sangat mengenal suaminya. Setiap kali muncul sedikit keanehan, hipokondrianya menjadi-jadi. Dalam imajinasinya, secara biologis dia akan mengalami kematian yang lambat dan aneh. Digigit nyamuk akan menyebabkan jenis malaria yang sebelumnya belum ditemukan. Tertusuk duri hingga berdarah tidak diragukan lagi akan menyebabkan kematian tetanus. Pada kenyataannya, dia jarang sakit dan akhirnya merasa seperti orang bodoh setiap kali mengunjungi dokter.

Dan kemudian dia melihat yang kedua di kakinya saat mandi. Benjolan merah muda di paha, kemudian dia melihat garis-garis yang menyebar di sekitar pergelangan kakinya dan turun ke arah tumitnya. Saat dia membungkuk untuk melihat lebih dekat, dia melihat sulur serupa urat merah bergerak di bawah kulitnya.

"Chika! Itu ada di kakiku juga!" Saat dia melompat keluar dari kamar mandi, dia menunjukkan padanya, "Lihat! Kamu tidak melihatnya bergerak?"

"Ayolah, Bang, Terlihat seperti gigitan serangga bagiku. Mungkin infeksi dan mungkin itulah yang Abang lihat di pembuluh darah Abang. Kalau Abang khawatir, mampir saja ke dokter, supaya pikiran Abang tenang."

Di penghujung hari kerja, dia menuju ke tempat praktir dokter. Gigitan serangga menurut Chika itu melepuh dan merayap di beberapa tempat lainnya. Meskipun tidak terasa tidak nyaman, bahkan tidak gatal, pastilah sesuatu yang serius.

Dengan ragu-ragu, dia menjelaskan tentang ruam kulit yang aneh, yang mungkin merupakan gigitan laba-laba beracun, dan mungkin terinfeksi serius, dan mungkin memengaruhi jantungnya karena sekarang terasa berdetak lebih kencang, dan yang pasti ini bukan khayalan semata.

Perawat meyakinkannya bahwa itu mungkin bukan masalah besar. Sepertinya itu reaksi alergi. Dokter tidak banyak membantu. "Yah, itu pasti bukan gigitan laba-laba, sebenarnya bukan gigitan apa pun. Itu mungkin hanya ruam. Itu hanya terlihat lebih buruk karena Anda menggaruk dan mengkhawatirkannya sepanjang hari."

Dia pulang dengan sebotol krim anti alergi dan perasaan kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun