Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Resto Cepat Saji

14 Mei 2021   21:28 Diperbarui: 15 Mei 2021   19:09 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Juli, puting beliung berputar-putar menderu menyapu tempat parkir Carribean Burger. Televisi menyiarkan hujan es terjadi di Tegal. Berapa jauh dari Tegal ke Yogya? Jalanan kosong dan api penggorengan padam. 

Para manajer rapat di hotel. Aku duduk di tangga yang licin berminyak bersama Missael, cowok dari Timur yang juga hanya bekerja part time di Carribean Burger untuk semusim sebelum kuliah dimulai. Tidak seperti Hakim yang membentang sajadahnya di ruangan tempat kami menyendok eskrim, tidak juga Jacinta yang sedang melayani pembeli, Double Pirate Burger dengan rumput laut. 

Missael membawa buku notes kecil di saku celemek dan mencatat judul buku yang kubaca. Aku mengingat senyumnya yang putih. Kami berdua akan pergi setelah kontrak habis ke suatu tempat, kuliah, dan saling tertawa berbagi rencana satu sama lain, meredam ketakutan kami.

***

Malam terakhir, Jovanka dan aku mengucapkan salam perpisahan di dalam VW Kodok Sony di depan pintu pagar. Jendela kamar tidur ibuku menjadi gelap. Perihnya, saya tidak lagi ingat apa yang dia ketahui tentangku. Jovanka dan aku menangis sehingga air mataku menetes di wajahnya, dan air matanya terasa asin di bibirku. 

Aku memegang bahunya, dan kami tertawa di sela-sela tangisan. Kami saling menyayangi. Mungkin, ketika aku membayangkan esok menuju Yogya di atas kereta api ekonomi dan Jovanka tinggi di awan dalam penerbangan ke Frankfurt. Kami bekerja selama liburan untuk menjadi manusia bebas.

***

(Untuk pembaca yang cukup puas dengan akhir paragraf di atas, silakan berhenti membaca. Namun, jika Anda jenis pembaca yang belum puas kalau belum mendapatkan akhir bahagia, aku punya epilog yang sesuai).

Jovanka gagal menyelesaikan kuliahnya di Goethe University karena keburu menikah dengan pria asli Jerman. Seorang mualaf yang memilih untuk belajar di Kairo. Sementara suaminya menimba ilmu di Al Azhar, Jovanka kursus kuliner Timur Tengah. Kemudian mereka menetap di Charleroi, Belgia Suaminya menggambar komik religi dalam bahasa Jerman, Belanda, dan Prancis dan Jovanka membuka rumah makan halal. Dia sering menanyakan resep masakan Nusantara ke ibuku. Dia dan suaminya merencanakan untuk liburan musim panas di Tanah Air tahun lalu, tapi terhalang pandemi.

Tahun pertamaku di Yogya, aku bekerja di Carribean Burger Gejayan sambil mengikuti bimbingan belajar. Tahun kedua diterima di Jurusan Sastra Jepang. Mendapat beasiswa magister di Musashino Art University. Ini tahun ketigaku di Tokyo. Belum punya kekasih, meski ibu selalu mendesakku untuk segera menikah. Biarpun menyebalkan, setiap hari aku melakukan video call dengannya. Oh ya, sudah tiga tahun aku menjadi vegetarian.

Bandung, 14 Mei 2021

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun