Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Resto Cepat Saji

14 Mei 2021   21:28 Diperbarui: 15 Mei 2021   19:09 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat umurku tujuh belas tahun, aku menukar gaun dan rok dengan celemek dan celana jins hitam tanpa saku untuk membantu membiayai kuliahku. 

Sejak kelas lima SD, musim liburanku selalu bareng Jovanka sahabatku, tetapi tahun itu dia dengan riasan wajah magang di kantor ber-AC sementara aku menjadi bajak laut versi perempuan, dengan kemeja slim fit tanpa lengan dan topi kelasi yang menjadikan kami umpan buaya darat. 

Peraturan seharusnya melindungi kami: tidak boleh lebih dari satu kancing kemeja atas dan bawah yang terbuka. Namun seorang pengendara Harley Davidson menekuk lengannya ke arahku, membuat tato perempuan telanjang bergoyang. "Burger mana yang dagingnya paling enak?" Aku jawab, "Maaf, saya tidak tahu. Saya vegetarian."

***

Aku, Jovanka dan beberapa gadis merayakan kelulusan SMA dengan VW Camat milik Sony, abangnya. Memesan burger, kentang goreng, dan minuman bersoda di lantatur-layanan tanpa turun, tapi saat itu masih disebut drive tru-dan memarkir mobil di area parkir. Ada cowok yang parkir di sebelah kami. 

Jovanka dan aku menyelinap keluar dari mobil untuk menekan tombol neon box papan nama Sultan Burger dan kembali ke VW Camat Sony. Sembari mencelupkan kentang goreng ke dalam saus sambal dan mengunyah dengan berisik, kami menyaksikan karyawan Sultan Burger keluar menyalakan neon box. Tampangnya asam. 

Ketika Ibu melarangku keluar malam, aku bilang sebulan lagi saya akan kuliah di Yogya dan Ibu tidak akan pernah tahu aku pulang jam berapa. Bahunya bergerak-gerak naik turun menahan emosi. "Boleh jadi begitu, Nona. Tapi untuk saat ini kau tinggal di bawah atapku. Ikuti aturanku!" Ibu belum menikah lagi, masih menjadi orang tua tunggal. Sayapnya masih patah.

***

Saat kami berjalan dalam kegelapan menuju ke Holysteak untuk melihat seorang cowok yang menjadi pramusaji di sana, pesan grup WA Carribean Burger masuk. 

Ketika menyelinap di antara meja kasir dan mesin kopi, manajer shift malam meremas bagian belakang seorang pelayan bernama Ricca yang pernah bekerja di setiap waralaba makanan cepat saji yang ada di kota. Ricca meninju wajahnya sampai lelaki itu jatuh semaput. 

Sedikit menyesal karena aku tak menyaksikannya secara langsung. Aku memberi tahu teman-teman saat kami melewati pintu bergambar sapi yang berkedip-kedip dengan lampu biru. Seorang lelaki berdiri di dalam kegelapan, membuka mantelnya, memamerkan benda miliknya yang mirip bratwust mini. Dia tersenyum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun