Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Tehingga

13 Mei 2021   20:25 Diperbarui: 13 Mei 2021   20:44 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku setuju. Sudah cukup.

"Baiklah," kataku. "Begini kesepakatannya. Ritual yang kamu kerjakan salah. Siapa pun yang menulis mantramu menyembunyikan kebenaran dalam omong kosong magis. Aku bukan iblis atau roh atau nyi-siapa-tadi atau apa pun yang menurutmu telah kamu panggil."

Dia terkejut. "Tapi-"

"Aku biasanya ada dalam dimensi yang lebih tinggi dari dimensimu, kontinum di luar semesta kecil kamu yang lucu. Aku bukan makhluk materi sepertimu. Kamu boleh menyebutku makhluk matematika murni. Tetapi dengan kombinasi yang tepat dari topologi sijil kuasa dan transformasi Mobius dari lubang cacing, kamu bisa memanggil dan mengikat makhluk-makhluk sepertiku ke ruang-waktumu yang menjijikkan dengan dekuantumisasi. Dan kami benar-benar membencinya. Aku merasakan diriku semakin bodoh berada setiap detik ruang-waktumu saat ini."

Dia berkedip. Aku yakin, tak sepatah kata pun dia mengerti.

"Tapi kenapa-"

"Mengapa aku membuang-buang waktu selama ini mencoba mengajarimu sesuatu padahal kamu terlalu bodoh untuk mengerti? Karena kadang-kadang salah satu dari kalian, makhluk cacing subpartikel quark yang malang yang entah bagaimana, memanifestasikan kecerdasan yang cukup sehingga layak diajak berdiskusi. Pythagoras. Tesla. Einstein. Jon Bon Jovi. Semuanya cerdas dan menarik, menyenangkan untuk diajak bicara. Tapi bukan kamu. Kamu mungkin memanggilku karena kesalahan yang tidak disengaja, tapi kamu tidak mengikatku. "

Dia mundur, melemparkan kemenyan ke dalam bakhor yang menyala.

"Hongwilaheng abrakadabra bocah angon sim salabim bumi gonjangganjing manuk cingcangkeling---"

Padahal tadi sudah kubilang bahwa ritualnya salah! Tapi kalau itu yang dia mau ....

Aku bertambah tinggi tiga meter, berkelamin jantan dengan kepala kambing dan tanduk panjang keriting. Tubuhku hanyalah ilusi visual, hanya butuh beberapa perhitungan untuk menghasilkan serangkaian vektor gaya untuk membuatnya merasa seperti aku sedang memeluknya dengan erat. Dibutuhkan upaya ekstra untuk mensimulasikan embusan nafas panas di wajahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun