Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kota B

8 Mei 2021   20:20 Diperbarui: 8 Mei 2021   20:28 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ellen membuka mulut, tapi tak ada suara yang keluar. Dia mengambil uang yang ditawarkan Liana.

"Kamu benci kota ini," kata Liana. "Pergilah sebelum kamu membenci dirimu sendiri."

Liana mengendarai VW Kodok-nya, melewati sebuah kompleks hunian mewah yang terdiri dari rumah-rumah anti kiamat bergaya eropa yang kaku dan taman dengan hamparan rumput jepang yang luas, diairi pada malam hari. Rumput yang tidak benar-benar tumbuh, tetapi diangkut truk dan dibentangkan lalu ditekan dalam dalam ke tanah yang digemburkan bertabur pasir laut. Hampir tak ada manusia yang pernah menginjak permadani hijau itu.

Keluar dari gerbang belakang sejauh hampir satu kilometer, lebih jauh lagi memasuki lingkungan kasta yang lebih rendah, jalan aspal bergelombang, melintasi rumah pegadaian, deretan toko bahan bangunan, mobil tahun lama diparkir di bahu jalan dan halte bus tanpa naungan berteduh.

Dia memarkirkan mobilnya di area parkir bawah tanah, menaiki tangga luar yang terbuat dari beton ke apartemen satu kamarnya di lantai empat. Melepaskan seragam pramusaji yang bernoda kecap dan mengutuk dirinya sendiri untuk hari yang tidak menghasilkan apa pun.

Kehidupan macam apa yang dia jalani?

Orang tua macam apa yang memberi nama anaknya 'Ellen'?

Terakhir kali dia tinggal di sebuah rumah, Liana hidup bersama seorang pria yang selama tiga tahun membuat kolam batu berisi air untuk ikan koi. Bagai anak anjing yang manja, lelaki itu memamerkan proyeknya yang dianggap Liana pekerjaan yang sia-sia, buang waktu hanya untuk memelihara ikan mas yang tumbuh terlalu besar.

Sore hari mereka duduk di samping kolam untuk minum kopi dan makan pisang cokelat panggang. Lelaki itu suka berbicara dan dia tak suka sendirian.

Dia menembakkan kucing tetangga yang mencoba memangsa ikannya dengan senapan angin. Liana memintanya untuk tidak mengulanginya lagi, maka dia memasang perangkap sebagai gantinya. Perangkapnya berhasil menjebak seekor burung yang seekor musang yang kemudian memakan semua ikan koi. Dia menyalahkan Liana, dan Liana keluar dari rumahnya. Baik lelaki tiu dan Liana sekarang sendirian.

Hanya dengan memakai celana dalam, Liana menyesap kopinya, menghadap kipas angin yang berputar dengan kecepatan penuh. AC bekas yang dibelinya enam bulan lalu hanya mendinginkan suhu kamar selama sebulan, sesuai dengan masa garansi. Kini hanya mengurangi panas sederajat dan meniup debu yang membuatnya bersin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun